Show simple item record

dc.contributor.authorSuharyono
dc.date.accessioned2017-07-21T02:38:51Z
dc.date.available2017-07-21T02:38:51Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/3116
dc.description.abstractDalam era globalisasi dan informasi persaingan semakin ketat terutama di dunia bisnis, untuk memperoleh konsumen yang banyak menempatkan iklan sebagai ujung tombak pemasaran dengan menawarkan jasa atau manufaktur menggunakan jasa desainer untuk lebih meningkatkan kualitasnya mapun penammpilan visualnya. Profesi desainer banyak menjanjikan penghasilan yang lumayan disamping lapangan pekerjaan masih terbuka kesempatan membuka jasa desain masih terbentang luas, terutama untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang bergerak pada bidang jasa, finansial, real estetate, busines servis yang secara tidak langsung membutuhkan jasa seorang desainer. Tetapi permintaan ini tak diiringi bertambahnya desainer, dimana belum banyak lembaga pendidikan yang dapat menyiapkan designer siap pakai untuk mengisi kekosongan itu. Bedasarkan karakteristiknya Yogyakarta dapat dipandang sebagai kota pendidikan, seni dan budaya selain juga sebagai kota pariwisata. Dari hal tersebut dimungkinkan sebuah desain dan proses pendidikannya dapat menjadi motivator pengembangan desain. Selain itu lingkungan alam yang baik berupa fisik ataupun lingkungan sosialnya dapat menjadi pendidikan ekstra kurikuler bagi pola-pola pendidikan dan pelatihan desain. Adanya para desainer senior dan kelompok masyarakat pendukung aktivitas desain seperti halnya Fadjar Sidik, Jonhy Hendarto, Aznar Zacky, Soeprapto Soedjono dan lain-lain yang bisa dijadikan nara sumber. Fasilitas pendidikan desain di Yogyakarta secara kuantitas dapat dikatan masih rendah, ini dapat dilihat dari daya tampung rata-rata lembaga pendidikan formal untuk jurusan desain. Penyediaan fasilitas pendidikan desain yang belum memadai seperti ruang studio gambar, ruang pamer dan praktek desain yang sebagian lembaga pendidikan belum ada. Yang mana hal tersebut merupakan hal pokok dari sebuah sekolah desain dimana 75 % pendidikan adalah praktek sesuai dengan pendidikan yang diambil. Kemampuan lulusan juga sangat ditentukan oleh fasilitas pengolahan ruang studio kerja dimana kenyamanan sedikit banyak sangat menjamin cepatnya pengetahuan diserap. Untuk itu perlu diupayakan pengoptimalan penggunaan ruang untuk dapat menghemat pengoperasian ruang untuk mencapai suatu pola pendidikan yang lengkap antara kegiatan teori dan praktek desain. Penciptaan wadah fisik yang dapat mencerminkan sebuah perguruan tinggi desain yang kreatif dan dinamis dapat dicapai dengan pengolahan beberapa elemen tampilan bangunannya dan pengolahan ruang luar dan ruang dalam.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectAkademi Desainen_US
dc.subjectProgram Studien_US
dc.subjectDesain Grafisen_US
dc.subjectDesain Fotografien_US
dc.subjectDesain Interioren_US
dc.subjectYogyakartaen_US
dc.titleAkademi Desain: Program Studi Desain Grafis, Desain Fotografi, dan Desain Interior di Yogyakartaen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record