Show simple item record

dc.contributor.authorRahminanto, Wahyu
dc.date.accessioned2017-07-20T03:07:01Z
dc.date.available2017-07-20T03:07:01Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/3087
dc.description.abstractMuseum merupakan tempat mengumpulkan (to colled), merawat (to conserve), dan memamerkan ( to echibit ) hasil budaya manusia dan lingkungannya untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan rekeatif. Dengan fungsinva tersebut , mengakibatkan pengunjung museum mempunyai latar belakang pendidikan, sosial ekonomi dan budaya yang berbeda. Latar belakang pengunjung yang berbeda menimbulkan motivasi pengunjung yang berbeda-beda. Dan motivasi yang berbeda akan menimbulkan suatu keinginan yang berbeda pula. Keinginan untuk memilih obyek amatan sesuai dengan motivasi berkunjungnya, keinginan untuk berputar, berbalik arah ke obyek amatan yang lain sesuai dengan keinginannva. Para pengunjung yang memiliki keinginan yang berbedabeda tersebut memerlukan suatu sarana berupa sirkulasi pengunjung ruang pamer yang fleksibel. Di lain pihak suatu museum serangga akan selalu menambah koleksi museumnya. Karena itu diperlukan suatu pemikiran organisasi ruang yang dapat mengembangkan ruang-ruang yang dibutuhkan tersebut tanpa menimbulkan dampak yang negatif dimasa yang akan datang. Strategic design yang digunakan untuk menjawab problem tersebut dengan menganalisa macam-macam sirkulasi ruang pamer yang selama ini pernah dipakai dan mencoba untuk mencari macam sirkulasi yang bisa menjawab permasalahan tersebut. Setelah itu pengolahan organisasi ruang keseluruhan dengan memperhatikan ruang-ruang yang akan dikembangkan nantinya jangan sampai menimbulkan dampak negatif terhadap ruang-ruang yang sudah ada. Dampak negatif seperti terhalangnva view, cahaya, dan sirkulasi kegiatannya. Permasalahan lain yang coba untuk diangkat dalam penulisan ini adalah mengenai ekspresi bangunan museum. Ekspresi bangunan museum dapat diekspresikan dengan menganalogikan fungsi-fungsi bagian tubuh atau sifat serangga yang banyak diketahui masyarakat secara umum kedalam suatu ekspresi bangunan. Ekspresi yang terkandung didalam bentuk bangunan museum tersebut diharapkan dapat mengkomunikasikan fungsi dan kegiatan yang ada didalamnya kepada orang yang mengamatinya. Penganalogian tersebut biasa disebut dengan analogi linguistik. Lingkungan sekitar site juga perlu diperhatikan sebagai salah satu obyek yang dapat mempengaruhi ekspresi bangunan museum. Dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya diharapkan keberadaan bangunan museum tersebut dapat lebih diterima.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectMuseum Serangga Indonesiaen_US
dc.subjectYogyakartaen_US
dc.titleMuseum Serangga Indonesia di Yogyakartaen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record