Show simple item record

dc.contributor.advisorMuhammad Zulfikar Rahmat, B.A., M.A., Ph.D.
dc.contributor.authorNadyya Maulidiyanti
dc.date.accessioned2021-06-23T03:06:57Z
dc.date.available2021-06-23T03:06:57Z
dc.date.issued2021-01-26
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/29543
dc.description.abstractBeberapa tahun terakhir muncul perdebatan terkait dengan kerjasama ekonomi Tiongkok yaitu Belt and Road Initiative sebagai jebakan utang berdasarkan apa yang terjadi di Sri Lanka, Pakistan, serta negara-negara lain yang gagal dalam membayar utang kepada Tiongkok. Sri Lanka menjadi salah satu korban yang gagal membayar utang negaranya kepada Tiongkok, sehingga harus menyerahkan salah satu pelabuhannya yaitu Pelabuhan Hambantota. Pelabuhan Hambantota yang dicanangkan menjadi pelabuhan global, ternyata menyebabkan kerugian sehingga semakin mendorong Sri Lanka dalam keadaan krisis utang. Banyak pihak yang menyebut bahwa, investasi Tiongkok dalam pembangunan pelabuhan ini merupakan jebakan agar Tiongkok dapat menguasai negara tersebut. Dalam penelitian ini akan membahas terkait dengan motif apa sebenarnya yang dibawa oleh Tiongkok hingga akhirnya setuju untuk mengakuisisi Pelabuhan Hambantota yang ada di Sri Lanka. Hal ini guna menunjukan bahwa ketika suatu negara melakukan kerjasama, akan terdapat kepentingan yang dibawa oleh negara tersebut. Dalam menganalisis permasalahan tersebut penelitian ini akan menggunakan konsep dari Susan Strange terkait dengan kekuatan struktural.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectBRIen_US
dc.subjectTiongkoken_US
dc.subjectSri Lankaen_US
dc.subjectPelabuhan Hambantotaen_US
dc.subjectKekuatan strukturalen_US
dc.titleAnalisis Motif Akuisisi Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka oleh Tiongkok Melalui Kerjasama Belt and Road Initiative pada tahun 2017-2019 Berdasarkan Kekuatan Struktural Susan Strangeen_US
dc.Identifier.NIM17323081


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record