Show simple item record

dc.contributor.advisorProf. Dr. Kamsi. MA.
dc.contributor.advisorDr. Drs. Asmuni Mth. MA.
dc.contributor.authorFarkhan
dc.date.accessioned2021-06-22T02:39:56Z
dc.date.available2021-06-22T02:39:56Z
dc.date.issued2020-10-19
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/29508
dc.description.abstractPemilihan judul disertasi ini di latar belakangi oleh adanya fikih dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang penanganan bencana, sebagai respons atas fenomena terjadinya bencana yang bertubi-tubi di Indonesia, yang telah memakan banyak korban dan menimbulkan berbagai kerugian, dan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama adalah dua organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di negeri ini, sehingga apa saja tentang keduanya selalu menarik dan perlu untuk di teliti, termasuk fikih tentang penanganan bencana ini. Dengan latar belakang tersebut di atas maka yang menjadi fokus penelitian dari disertasi ini ialah: Bagaimana dan mengapa metodologi fikih penanganan bencana dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama?. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan jenisnya kualitatif karena tidak berhubungan dengan perhitungan angkaangka statistik, sekaligus bersifat komparatif untuk membandingkan antara kedua fikih tersebut. Pendekatan filosofis dilakukan, termasuk melalui term epistemilogi baya >ni, burha >ni > dan ‘irfa >ni > sebagai instrumen untuk memperjelas isi kedua fikih dan selanjutnya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian: bagaimana? dan mengapa? tersebut di atas. Di penghujung kerja penelitian ini didapatkaan kesimpulan bahwa sebagai sebuah pedoman, kerangka metodolgi yang dipakai dalam kedua fikih tersebut mencakup semua aspek; konsepsi dasar yang terkait dengan akidah dan keyakinan, rumusan etika dan moral dan terakhir hal-hal yang bersifat praktis, dengan sedikit perbedaan: fikih Muhammadiyah tuntas sampai penjelasan tentang tata cara ibadah praktis dalam kondisi bencana, sementara fikih Nahdhatul Ulama hanya sampai pada langkah-langkah praktis penanganan korban bencana. Sementara terkait dengan trilogi epistemologi tersebut diatas didapat kesimpulan bahwa pada poin baya>ni> fikih Muhammadiyah tampak lebih kecil dibanding fikih Nahdlatul Ulama, sedang pada tingkat burha>ni>, Muhammadiyah lebih kuat dan dalam dibanding Nahdlatul Ulama, dan pada poin ‘irfa>ni> baik Muhammadiyah maupun Nahdlatu Ulama tidak tampak menggunakannya. Kenyataan perbedaan itu terpulang kepada metodologi dasar yang memang agak berbeda; Muhammadiyah start dari ayat dan hadis, sementara Nahdlatul Ulama memulai dari aqwal ulama, meskipun pada akhirnya keduanya tentu sama-sama menggunakan ayat, hadis dan pendapat ulama klasik.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectbencanaen_US
dc.subjectMuhammadiyahen_US
dc.subjectNahdhatul Ulamaen_US
dc.subjectfikihen_US
dc.subjectijtihaden_US
dc.titleStudi Komparatif Fikih Bencana Muhammadiyah Dan Nahdhatul Ulamaen_US
dc.Identifier.NIM13923001


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record