Analisis Biaya Selama Siklus Hidup Perkerasan Lentur Dan Perkerasan Kaku Pada Perencanaan Jalan (Studi Kasus Ruas Jalan Balong-Plosokerep, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta)
Abstract
Investasi pekerjaan jalan memerlukan biaya pembangungan awal yang besar, maka sudah
semestinya untuk menghitung juga biaya perawatan dan rehabilitasi serta biaya pengguna jalan,
yang dalam hal ini akan membentuk biaya selama siklus hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui struktur perkerasan lentur dan kaku, biaya selama siklus hidup 20 tahun
perkerasan lentur dan kaku, dan mengetahui perkerasan mana yang layak untuk diaplikasikan pada
Ruas jalan Balong-Plosokerep.
Penelitian ini menggunakan pedoman Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 untuk menghitung
struktur perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Perhitungan biaya selama siklus hidup selama 20
tahun dengan menjumlahkan biaya konstruksi, biaya perawatan dan rehabilitasi selama 20 tahun
dan biaya pengguna jalan selama 20 tahun.
Hasil dari penelitian ini menunjukan untuk perkerasan lentur adalah AC-WC 4 cm, AC-BC 6 cm,
AC-base 8 cm dan lapis pondasi agregat kelas A 21,5 cm, sedangkan untuk perkerasan kaku
adalah beton 30 MPa 27 cm dan beton kurus 10 cm dengan jenis perkerasan kaku beton
bersambung tanpa tulangan. Biaya selama siklus hidup pada perkerasan kaku memiliki total biaya
yang lebih rendah yaitu Rp 25.513.071.863,78 dibanding dengan perkerasan lentur yaitu Rp
29.485.744.060,69. Biaya selama siklus hidup pada perkerasan kaku lebih hemat 13,47%
dibandingkan perkerasan lentur. Jadi bisa disimpulkan bahwa perkerasan kaku lebih layak untuk
diaplikasikan pada Ruas Jalan Balong-Plosokerep