Show simple item record

dc.contributor.advisorHartomo
dc.contributor.authorDita Saraswati
dc.date.accessioned2021-04-30T03:39:07Z
dc.date.available2021-04-30T03:39:07Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/123456789/28453
dc.description.abstractSalah satu dari tiang penyangga utama dari perekonomian adalah sektor industri. Kelompok skala industri kecil atau UMKM terutama di Yogyakarta ialah industri batik. Di industri batik ini banyak pekerjaan yang tidak memperhatikan aspek ergonomi baik dalam metode kerja maupun fasilitas kerja yang digunakan. Hal ini dapat memicu timbulnya keluhan dan cedera pada otot atau sering disebut dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang lama maka dapat menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago dan discus interveteblaris. Kebanyakan Pembatik bekerja dengan posisi duduk sehingga dapat memicu terjadinya ketidaknyamanan kerja. Seperti pada produksi batik yang ada di Yogyakarta yakni CV Akasia Batik yang karyawannya memiliki masalah terkait keluhan pada saat proses produksi. Risiko cidera dalam peneliatian ini dianalisis menggunakan Nordic Body Map (NBM) dan Quick Exposure Check (QEC). Perbaikan fasilitas kerja menggunakan ergonomi makro dengan pendekatan partisipatori. Hasil NBM sebelum perbaikan fasilitas kerja menunjukkan bahwa risiko cidera paling tinggi stasiun kerja nyanting dengan nilai 76 yang berarti diperlukan segera tindakan perbaikan. Hasil QEC sebelum perbaikan fasilitas kerja menghasilkan nilai tertinggi pada stasiun kerja Nyanting bernilai 60% yang berarti perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan. Hasil dari ergonomic makro menggunakan pendekatan partisipatori dilakukan perbaikan fasilitas kerja. Pada perbaikan fasilitas kerja ini menghasilkan penambahan apron, penambahan sarung tangan, perbaikan kursi dan meja nyanting, penambahan sepatu boots, penambahan rambu k3, penambahan apar, dan penambahan tongkat bantu untuk lorod. Hasil validasi perbaikan fasilitas kerja menggunakan NBM dan QEC mununjukkan bahwa terdapat penurunan skor pada setiap stasiun kerja. NBM stasiun kerja nyanting sebelum ialah 76 dan sesudah 46.3 , stasiun kerja ngecap sebelum 48 dan sesudah 45, stasiun kerja warna sebelum 54 dan sesudah 46, stasiun kerja lorod sebelum 52.6 dan sesudah 46.7 . Sedangkan QEC stasiun kerja nyanting sebelum ialah 60% dan sesudah 40%, stasiun kerja ngecap sebelum 51% dan sesudah 44%, stasiun kerja warna dan lorod sebelumnya menghasilkan nilai 53% dan sesudah menghasilkan nilai sebesar 43%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbaikan fasilitas kerja membatik dapat mengurangi beban kerja pada semua stasiun kerja.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectMusculoskeletal Disordersen_US
dc.subjectNordic Body Mapen_US
dc.subjectQuick Exposure Checken_US
dc.subjectErgonomi makroen_US
dc.subjectPartisipatorien_US
dc.titleRancangan Sistem Kerja Yang Ergonomis Untuk Mengurangi Risiko Cedera Studi Kasus Di CV Akasia Bantulen_US
dc.Identifier.NIM17916204


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record