Pengendalian Kebisingan pada Bangunan Sekolah Dasar Study Kasus SDN Tukangan I & II di Jogjakarta
Abstract
Kebisingan merupakan suatu masalah yang harus menjadi perhatian dalam
membangunan sebuah bangunan, terutama adalah bangunan sekolah. Apabna kebisingan lengkungan lebih besar maka bangunan yang berada pada disekitarnya akan sangat
terganqqu. Yang harus diperhatikan dalam pembangunan suatu bangunan yang mempunyai
kebisingan yang sangat tinggi harus memperhatikan faktor-faktor seperti lay out bangunan, perletakan jendela dan ventilasi, tipe jendela dan pintu, dahan interior, dan pagar sebagai barrier.
Hal-hal diatas sesuai dengan rumus bahwa untuk menentukan seberapa besar
pengaruh bisinq terhadap lay out bangunan tergantung pada jarak dengan sumber bising I = P/4pr². Dari rumus tersebut diketahui bahwa orang yang berada lebih jauh dari jalan akan
menerima intensitas kebisingan yang lebih rendah dari mereka yang jaraknya dekat.
Metode penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang ada meliputi:
penentuan variable, cara pengumpulan data, populasi dan sample, cara analisis, instrumen
yang digunakan. Dalam menentukan variable dibatasi oleh tipe murid, bangunan,
penampakan, system akustik ruang dan lingkungan; cara pengumpulan data dengan dua
cara yaitu primer dari hasil pengamatan dan sekunder dari sekolah SDN Tukangan I dan II
berupa site plan. Populasi dan sampel memakai sampel quota stratified random sampling
pengambilan contoh pada SDN Tukangan I pada kelas 4,5,6 dan SDN Tukangan II kelas 1, 2 dan 3. Cara analisis menggunakan perbandingan hasil pengukuran yang ada dengan
standard yang tersedia. Sedangkan untuk instrument yang dipakai adalah alat sound level
meter, cemera, meteran, dan pena. Dari hasil survey lapangan didapatkan pengukuran menggunakan sound level
meter berdasarkan jam pelajaran sekolah yaitu pada jam 07 - 09 00, 09.20 - 10.45, 11.05 – 12.20
berdasarkan pengukuran berdasarkan jam pelajaran ini didapat hasil rata-rata bahwa
bising tertinggi pada jam 11.05 - 12.20. Dimana angka pengukuran tertinggi menunjukkan
anqka 89 dB sedangkan untuk ambang batas sebuah bangunan sekolah adalah 40 - 45 dB. Selain pengukuran bising dilakukan juga pengukuran jendela, pintu, dan furniture yang
dipakai. Kebanyakan pada bangunan ini mennggukakan material dan kayu, kaca, dan
alumunium. Berdasarkan hasil survey lapangan maka didapatkan suatu hasil dari analisis lay out
bangunan berdasarkan sumber bising, analisis perletakan, macam dan dimensi bukaan
serta penqaruh terhadap dinding bangunan dalam menurunkan bising, analisis pengaruh
hitungan dan perlindungan terhadap hbungan bahan dinding-dinding pemisah, lantai, pintu, dan jendela. Berdasarkan hasil analisis yang ada tersebut diatas maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) untuk lay out bangunan yang baik menurut perhitungan maka
didapatkan suatu qubahan massa yang dapat mengalirkan bising sehingga bising tidak tertampung pada suatu ruang tertentu, 2) untuk perletakan jendela hidup dioptimalkan pada
arah utara selatan dengan penggunaan sirip dan shading, pada arah timur dan barat
menggunkan jendela mati berupa dinding kaca untuk pencahayaan dilengkapi dengan pemasangan shading-shading, 3) pagar menggunakan pagar dengan ketinggian seperti
semula 2,5 m tetapi ditepi pagar dalam ditanam bambu jepang agar ketebalan dinding barrier bertambah sehingga bising yang masuk akan semakin kecil, selain bamboo jepang
ditanam pohon mahoni untuk menyaring udara karena polusi tetapi juga untuk sedikit
membantu mereduksi bising yang ada, 4) dalam perlindungan ternadap dinding
menggunakan panel akustik untuk dinding kelasnya, untuk lantai menggunakan slab beton
dengan berat 365 kg/m², dan untuk jendela dan pintu dipakai karet pengaman dan suara
decitan dan lubang yang tidak massif.
Collections
- Architecture [3658]