Show simple item record

dc.contributor.authorAini, Ida Noor
dc.date.accessioned2017-03-16T04:30:43Z
dc.date.available2017-03-16T04:30:43Z
dc.date.issued1995
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/2731
dc.description.abstractDalam konteks pariwisata Jawa Tengah, Museum Kereta Api Ambarawa (MKAA) merupakan salah satu obyek wisata dari rangkaian/paket wisata di Jawa Tengah. Ditinjau dari kedudukannya , MKAA terletak ditengah-tengah yang diapit oleh obyek wisata Bandungan dan Candi Gedong Songo disebelah barat laut, serta Telaga Rawa Pening disebelah tenggara. Dilakukannya prengembangan pada MKAA, karena obyek wisata di Jateng akan dijadikan paket wisata Jateng dengan mengambil salah satu fungsi dari Museum selain menyajikan koleksi lokomotif kuno, obyek bangunan stasiun kereta api yang memiliki kekhasan/gaya arsitektur Kolonial Belanda yang masih dalam kondisi baik yaitu pariwisata kereta api bergigi sebagai sarana penghubung antara obyek wisata yang satu dengan yang lain (jalur Ambarawa - Tuntang/Telaga Rawa Pening. Sedangkan yang sudah beroperasi adalah jalur Ambarawa - Bedono Ambarawa) dengan memanfaatkan MKAA selain sebagai Museum Kereta Api juga sebagai stasiun wisata kereta api bergigi yang pada jaman kolonial Belanda juga berfungsi sebagai Stasiun Kereta Api Ambarawa. Pada zaman dimana peradaban berkembang dengan pesat, keberadaan MKAA memiliki peran yang sangat penting untuk dilestarikan. Karena ditinjau dari fungsi yang harus dipenuhi sebagai museum, yaitu sebagai monumen sejarah perjuangan bangsa Indonesia, media rekreatif dalam menginformasikan sejarah perkeretaapian di Indonesia dan perkembangan teknologi kereta api yang digunakan pada masa dahulu/masa perjuangan, MKAA ini masih hanya berfungsi sebagai wadah rekreasi dengan penyajian atraksi wisata kereta api bergigi jalur Ambarawa - Bedono PP. Sedangkan wisata kereta api bergigi yang mampu menghadirkan atau membawa pengunjung kedalam suasana yang "khas". Suasana stasiun lama seperti pada saman Kolonial Belanda, dengan tujuan wisata menggunakan kereta api bergigi bukan sebagai transportasi umum dan militer seperti pada masa Kolonial Belanda. Disamping itu fungsi pelestarian, pendidikan dan informasi museum ini kurang memadahi. Hal ini juga karena kurangnya fasilitas dan belum jelasnya pengelompokan fungsi kegiatan antara kegiatan pengunjuang didalam Museum dengan kegiatan wisata kereta api bergigi dalam satu wadah MKAA.1 MKAA sebagai wadah pendokumentasian sejarah perkere taapian di Indonesia, saat ini hanya menempatkan koleksi lokomotif - lokomotif tua/kuno yang bernilai tinggi pada emplasemen terbuka, sehingga selalu terkena panas dan hujan silih berganti terus - menerus. Dengan demikian perlu adanya peningakatan dalam hal perlindungan dan perawatan benda koleksi Museum. Perlindungan dan seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan di MKAA dikembangkannya trayek baru wisata kereta api bergigi Tuntang/Telaga Rawa Pening-Ambarawa, maka perlu adanya pengelompokan fungsi kegiatan yang jelas yang berhubungan dengan pengolahan sirkulasi yang lancar antara kegiatan wisata kereta bergigi yang tentunya membutuhkan fasilitas pelayanan stasiun yang lebih mewadahi dengan kegiatan pengunjung di dalam Museum sehingga tidak akan terjadi kesemrawutan diantara kedua fungsi tersebut. Untuk memenuhi tuntutan fungsi, sudah seharusnya diadakan pengembangan MKAA dengan pengolahan tata ruang yang mendukung kelancaran sirkulasi serta penambahan fasilitas pendukung yang dibutuhkan sehingga Museum ini akan mampu mewadahi fungsi sebagai obyek wisata yang bisa diandalkan, wadah pendokumentasian sejarah perkeretaapian di Indonesia dan wadah pelestarian.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectPengembangan Museumen_US
dc.subjectKereta Api Ambarawaen_US
dc.subjectObyek Wisataen_US
dc.titlePengembangan Museum Kereta Api Ambarawa sebagai Obyek Wisataen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record