Pengembangan Museum Kereta Api Ambarawa sebagai Obyek Wisata
Abstract
Dalam konteks pariwisata Jawa Tengah, Museum Kereta
Api Ambarawa (MKAA) merupakan salah satu obyek wisata dari
rangkaian/paket wisata di Jawa Tengah. Ditinjau dari
kedudukannya , MKAA terletak ditengah-tengah yang diapit
oleh obyek wisata Bandungan dan Candi Gedong Songo
disebelah barat laut, serta Telaga Rawa Pening disebelah tenggara.
Dilakukannya prengembangan pada MKAA, karena obyek
wisata di Jateng akan dijadikan paket wisata Jateng dengan
mengambil salah satu fungsi dari Museum selain menyajikan
koleksi lokomotif kuno, obyek bangunan stasiun kereta api
yang memiliki kekhasan/gaya arsitektur Kolonial Belanda
yang masih dalam kondisi baik yaitu pariwisata kereta api
bergigi sebagai sarana penghubung antara obyek wisata yang
satu dengan yang lain (jalur Ambarawa - Tuntang/Telaga
Rawa Pening. Sedangkan yang sudah beroperasi adalah jalur
Ambarawa - Bedono Ambarawa) dengan memanfaatkan MKAA
selain sebagai Museum Kereta Api juga sebagai stasiun
wisata kereta api bergigi yang pada jaman kolonial Belanda
juga berfungsi sebagai Stasiun Kereta Api Ambarawa.
Pada zaman dimana peradaban berkembang dengan pesat,
keberadaan MKAA memiliki peran yang sangat penting untuk
dilestarikan. Karena ditinjau dari fungsi yang harus
dipenuhi sebagai museum, yaitu sebagai monumen sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, media rekreatif dalam menginformasikan
sejarah perkeretaapian di Indonesia dan perkembangan
teknologi kereta api yang digunakan pada masa
dahulu/masa perjuangan, MKAA ini masih hanya berfungsi
sebagai wadah rekreasi dengan penyajian atraksi wisata
kereta api bergigi jalur Ambarawa - Bedono PP. Sedangkan
wisata kereta api bergigi yang mampu menghadirkan atau
membawa pengunjung kedalam suasana yang "khas". Suasana
stasiun lama seperti pada saman Kolonial Belanda, dengan
tujuan wisata menggunakan kereta api bergigi bukan sebagai
transportasi umum dan militer seperti pada masa Kolonial
Belanda. Disamping itu fungsi pelestarian, pendidikan dan
informasi museum ini kurang memadahi. Hal ini juga karena
kurangnya fasilitas dan belum jelasnya pengelompokan
fungsi kegiatan antara kegiatan pengunjuang didalam Museum
dengan kegiatan wisata kereta api bergigi dalam satu wadah
MKAA.1
MKAA sebagai wadah pendokumentasian sejarah perkere
taapian di Indonesia, saat ini hanya menempatkan koleksi
lokomotif - lokomotif tua/kuno yang bernilai tinggi pada
emplasemen terbuka, sehingga selalu terkena panas dan
hujan silih berganti terus - menerus. Dengan demikian perlu adanya peningakatan dalam hal perlindungan dan
perawatan benda koleksi Museum. Perlindungan dan
seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan di MKAA
dikembangkannya trayek baru wisata kereta api bergigi Tuntang/Telaga Rawa Pening-Ambarawa, maka perlu adanya
pengelompokan fungsi kegiatan yang jelas yang berhubungan dengan pengolahan sirkulasi yang lancar antara kegiatan wisata kereta bergigi yang tentunya membutuhkan fasilitas pelayanan stasiun yang lebih mewadahi dengan kegiatan pengunjung di dalam Museum sehingga tidak akan terjadi kesemrawutan diantara kedua fungsi tersebut.
Untuk memenuhi tuntutan fungsi, sudah seharusnya
diadakan pengembangan MKAA dengan pengolahan tata ruang
yang mendukung kelancaran sirkulasi serta penambahan
fasilitas pendukung yang dibutuhkan sehingga Museum ini
akan mampu mewadahi fungsi sebagai obyek wisata yang bisa
diandalkan, wadah pendokumentasian sejarah perkeretaapian di Indonesia dan wadah pelestarian.
Collections
- Architecture [3648]