Show simple item record

dc.contributor.advisordr.Soeroyo Machfudz, MPH, Sp.A(K)
dc.contributor.authorAfthoni, Ade Riza
dc.date.accessioned2021-02-16T00:55:09Z
dc.date.available2021-02-16T00:55:09Z
dc.date.issued2012-09-12
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/27098
dc.description.abstractDemam berdarah dengue (DBD) dan demam dengue (DD) ialah penyakit karena disebabkan infeksi oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DSS oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DSS, khususnya pada anak. Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat. Menurut Kemenkes RI insidensi DSS mulai dari 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi 35,19 insidensi per 100.000 penduduk di tahun 1998, dan menjadi 41,48 insiden per 100.000 penduduk di tahun 2010. Tujuan : Untuk mengetahui apa saja Faktor Risiko Terjadinya Syok Pada Anak DHF di RSUD Kudus Tahun 2011. Metode : Penelitian ini menggunakan dengan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak yang menderita DHF di RSUD Kudus.Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan Kriteria eksklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel penelitian ini akan menggunakan total sampling. Hasil : Dalam penelitian ini diambil sampel sejumlah 110 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi, dengan rincian: 24 pasien DSS dan 86 pasien pasien non DSS. Dari gambar 4.1.1. menunjukkan jumlah pasien DSS dari 252 di RSUD Kudus adalah 24 orang (21,8 % dari 110 pasien). Sejumlah 86 pasien adalah pasien yang tidak DSS (78,2 % dari 110 pasien). Pada penelitian ini, didapatkan hasil yang menyatakan bahwa umur tidak memiliki hubungan secara signifikan (p >0,05). Dari perhitungan menggunakan analisis Chi-square didapatkan hasil bahwa kejadian DSS pasien dengan faktor suhu memiliki nilai p 0,575 nilai tersebut menunjukkan bahwa (p >0,05), tidak terdapat hubungan antara kejadian DSS pasien dengan faktor suhu. Dari perhitungan menggunakan analisis Chisquare didapatkan hasil bahwa kejadian DSS pasien dengan nilai hematokrit memiliki nilai p 0,907 nilai tersebut menunjukkan bahwa (p >0,05), tidak terdapat hubungan kejadian DSS pasien dengan nilai hematokrit. Dari perhitungan menggunakan analisis Chi-square didapatkan hasil bahwa kejadian DSS pasien dengan penyakit penyerta memiliki nilai p 0,857 nilai tersebut menunjukkan bahwa (p >0,05), tidak terdapat hubungan kejadian DSS pasien dengan penyakit penyerta. Kesimpulan : Proporsi kejadian DSS di RSUD Kudus 2011 adalah 21,8 %.Tidak terdapat hubungan antara umur, faktor suhu, nilai hematokrit dan penyakit penyerta dengan kejadian DSS pada anak di RSUD Kudus 2011.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectNilai Hematokrit dan Kelainan Penyertaen_US
dc.subjectSuhuen_US
dc.subjectUmuren_US
dc.subjectDSSen_US
dc.subjectDHFen_US
dc.titleFaktor Risiko Terjadinya Syok Pada Anak Dhf Di Rsud Kudus Tahun 2011en_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM08711061


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record