POLA PENCARIAN PENGOBATAN PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI KOTA MAKASSAR
Abstract
Indonesia termasuk tiga besar setelah India dan Brazil dengan kasus penderita kusta terbanyak. Jumlah penderita tersebut didominasi oleh usia dibawah 15 tahun yang mengalami cacat. Banyak di antara mereka mendapat perlakuan diskriminatif yang terkadang menjadi penyebab terlambatnya penderita dalam mencari pengobatan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi perilaku pencarian pengobatan penderita penyakit Kusta di Kota Makassar. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi informan tentang penyakit kusta adalah penyakit keturunan dan penyakit akibat sihir atau guna-guna. Pemahaman inilah yang mendasari informan melakukan pengobatan tradisional. Informan lain memahami penyakit kusta sebagai penyakit menular dan membutuhkan perawatan medis. Adapun pola pencarian pengobatan penderita Kusta yaitu ; pertama, tidak bertindak apa-apa (no action); kedua, hanya melakukan upaya pengobatan sendiri (self treatment); ketiga, mencari pengobatan ke berbagai fasilitas kesehatan tradisional (traditional remedy); keempat, melakukan pengobatan di klinik dan dokter spesialis (private medicine). Tetapi ada pula dengan perilaku pengobatan yang berbeda yaitu pada tahap ketiga berobat ke dokter ahli sambil melakukan pengobatan ke dukun (tahap keempat); lalu tahap kelima, melakukan pengobatan di Puskesmas setelah mendapat rujukan dari dokter ahli atau klinik. Setelah dinyatakan sembuh maka perilaku informan kembali ke tahap kedua.