dc.description.abstract | Terjadinya longsor yang lebih dikenal sebagai gerakan massa tanah/batuan
pada lereng-lereng alam atau batuan disebabkan dari terganggunya kestabilan
dari tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Analisis stabilitas lereng
diperlukan untuk mengetahui angka aman pada lereng yang ditinjau. Kasus
semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas Inc menimbulkan kerugian materi
yang cukup besar. Terputusnya jalur Transportasi darat, khususnya jalan Tol
Surabaya-Gempol merupakan salah satu akibat dari semburan lumpur panas PT
Lapindo Brantas Inc.
Stabilitas lereng pada studi ini dianalisis dengan Program GEO-SLOPE
OFFICE menggunakan metode Bishop, Janbu dan Ordinary. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis sifat-sifat fisik dan jenis lumpur Lapindo, serta
membandingkan antara metode Bishop, metode Janbu serta Ordinary untuk
mendapatkanfaktor aman minimum (SFmin).
Berdasarkan hasil analisis sifat-sifat fisik dan mekanis, lumpur Lapindo
berwarna abu-abu tua. Berdasarkan klasifikasi tanah sistem USCS lumpur Lapindo
digolongkan kedalam kelompok MH dengan nama lanau anorganik atau lanau
diatoma. Berdasarkan klasifikasi tanah sistem AASHTO lumpur Lapindo
digolongkan kedalam kelompok A-7-5(29) dengan jenis tanah berlempung
Berdasarkan hasil simulasi terhadap lereng dengan ketinggian badan jalan (H) =
2,1 meter, berat volume tanah (y) = 1,7 t/m3, dan sudut kemiringan (a) = 45°, serta
lebar badan jalan (L) = 6meter, didapatkan nilai aman minimum (SFmin) sebesar
1,041 untuk metode Bishop, 1.030 untuk metode Janbu, dan 1,019 untuk metode
Ordinary. | en_US |