Karakteristik Bph (Benigna Prostat Hiperplasia) Pada Pasien Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 1 Januari 2009 – 31 Desember 2010
Abstract
BPH adalah salah satu penyebab gangguan dalam berkemih pada laki-laki. Di Indonesia BPH menempati urutan kedua setelah batu saluran kemih pada klinik urologi. BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki yang berkaitan erat dengan peningkatan usia.
Tujuan Penelitian: Mengetahui distribusi pasien BPH berdasarkan angka kejadian, usia, pekerjaan, manifestasi klinis, jenis terapi, dan lama rawat inap.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non analitik. Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional study non eksperimental dengan metode retrospektif melalui data sekunder dari rekam medis pasien rawat inap BPH di RSUD Sleman.
Hasil: Dari 145 pasien rawat inap BPH di RSUD Sleman pada periode ! Januari 2009 – 31 Desember 2010: angka kejadian tahun 2009 sebanyak 57%, dan pada tahun 2010 sebanyak 43%. Pasien dengan usia <50 tahun 0,68%, usia 50-59 tahun 9,65%, usia 60-69 tahun 38,62%, usia 70-79 tahun 37,24%, usia >80 tahun 13,79%. Pekerjaan dengan pekerjaan swasta 8,96%, buruh 22,06%, PNS 13,10%, petani 31,72%, karyawan 10,34%, pensiunan 13,79%. Pasien dengan manifestasi klinis retensi urin total 85,51%, pancaran miksi lemah 52,41%, hesistensi 29,65%, intermitensi 47,58%, dribbling 51,03%, tidak puas miksi 64,82%, frekuensi 54,48%, nokturia 52,41%, urgensi 37,24%, disuria 77,93%. Jenis terapi bedah 54,48%, non bedah 45,51%. Lama rawat inap 1-4 hari 19,31%, 5-8 hari 39,31%, 9-12 hari 29,65%, >12 hari 11,72%.
Kesimpulan: Pasien BPH paling banyak yaitu pada usia 60-69 tahun. Pekerjaan dapat mengenai semua kalangan, terutama petani dan buruh. Manifestasi yang sering didapat pada pasien rawat inap yaitu retensi urin total dan disuria. Jenis terapi yang sering dilakukan yaitu terapi bedah. Lama rawat inap pasien bervariasi dan paling banyak selama 5-8 hari.
Collections
- Medical Education [2387]