Pemanfaatan Tanah Gambut sebagai Koagulan untuk Menurunkan Warna dan Zat Organik (KMnO4) pada Air Gambut
Abstract
Karakteristik air gambut di daerah Perdana kota Pontianak mengandung warna dan
zat organik yang cukup tinggi yang melebihi baku mutu air bersih, untuk itu agar dapat
digunakan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat, maka perlu dilakukan pengolahan
terlebih dahulu untuk memperbaiki kualitas air gambut tersebut. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mempelajari pemanfaatan tanah gambut sebagai koagulan dalam proses
koagulasi-flokulasi, mengetahui dosis koagulan terbaik terhadap penurunan konsentrasi
warna dan zat organik (KMnO4), mengetahui perbandingan efisiensi antara tanah gambut
dan tawas sebagai koagulan dan mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan terhadap
penurunan warna dan zat organik (KMnO4).
Proses koagulasi flokulasi dilakukan dengan menggunakan metode jart test dengan
memanfaatkan tanah gambut yang berasal dari daerah Sumur Bor Pontianak yang
digunakan sebagai koagulan dengan variasi dosis (2 gr/l, 4 gr/l, 6 gr/l 8 gr/l, 10 gr/l) dan
digunakan tawas sebagai perbandingan koagulan. Dimana sebelum proses koagulasiflokulasi
dengan menentukan dosis optimum kapur dengan variasi dosis (0,5 gr/l, 1 gr/l
1,5 gr/l, 2 gr/l dan 2,5 gr/l). Parameter yang diteliti adalah kandungan warna dan zat
organik (KMnO4) pada air gambut.
Tanah gambut yang telah dibuat serbuk tidak efektif sebagai koagulan. Penggunaan
dosis koagulan yang efektif yaitu tanah gambut 2 gr/l dan kapur 2 gr/l, pada proses
koagulasi dan flokulasi dapat menurunkan konsentrasi warna 306.45 PtCo menjadi
23.115 PtCo dan konsentrasi zat organik (KMnO4) 222.78 mg/l menjadi 73.97 mg/l.
Untuk penggunaan tanah gambut sebagai koagulan dapat menurunkan warna dengan
efisiensi 92.46% dan zat organik (KMnO4) sebesar 66.80%, sedangkan untuk
penggunaan tawas sebagai koagulan dapat menurunkan warna dengan efisiensi 97.62%
dan zat organik (KMnO4) sebesar 91.80%, sehingga penggunaan koagulan tawas lebih
efektif daripada tanah gambut. Kecepatan pengadukan ini berpengaruh terhadap
pembentukan flok. Pengadukan yang terlalu lambat mengakibatkan lambatnya flok
terbentuk dan sebaliknya apabila pengadukan terlalu cepat mengakibatkan pecahnya flok
yang terbentuk
Collections
- Environmental Engineering [1430]