Analisis Struktur Turap Benton Sungai Musi dan Plaza di Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang
Abstract
Konstruksi turap beton Sungai Musi dan Plaza di Kawasan Benteng Kuto
Besak-Palembang direncanakan oleh PT. Yodya Karya sedangkan pemilik
(owner) pembangunan konstruksi ini yaitu Dept. Permukiman dan Prasarana
Wilayah Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya Propinsi Sumatera Selatan. Bulan Februari 2002 turap di bagian setengah
lingkaran mengalami keruntuhan, sedangkan di bagian lurus terindikasi adanya
kerusakan. Kerusakan ini mengakibatkan plaza yang berada di belakangnya juga
mengalami kerusakan parah. Perbaikan turap yang mengalami kerusakan telah
diperbaiki pada tahun 2003. Untuk menghindari kegagalan struktur penahan
tanah, maka di sisi Sungai Musi menggunakan struktur berupa turap beton
(concrete sheet pile). Disain turap beton di pembangunan dan penataan kawasan
kolom Ampera memiliki beberapa alternatif diantaranya turap beton diperkuat
dengan angkur, turap beton dengan portal beton, turap pasangan batu dengan
portal beton. Turap dipasang menyesuaikan dengan perilaku sungai yang sangat
dinamis dan kondisi tanah bawah permukaan tepi sungai yang sangat variatif,
maka banyak ditemui kondisi lapisan tanah yang diluar prediksi.
Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah redesign struktur turap beton
Sungai Musi dan Plaza di Kawasan Benteng Kuto Besak-Palembang. Metode
penelitian yang digunakan pada analisis dinding pancang turap menggunakan
metode klasik atau yang sering disebut dengan metode statis. Metode klasik
mempunyai prosedur yang melibatkan asumsi yang sangat sederhana dan statika
benda kaku. Metode klasik disajikan untuk nilai historis dan perekayasa masih
memilih prosedur ini. Analisis struktur menggunakan bantuan program SAP
2000.
Hasil redisain balok mempunyai tulangan yang lebih hemat dibanding
dengan kondisi eksisting dengan prosentase 40 %. Kondisi eksisting terdapat
balokpre cast dan cast in site sehingga memiliki pemborosan di daerah balok pre
cast. Redisain panjang turap menghasilkan 8,2 m sedangkan panjang turap
eksisting memiliki 11.98 m. Perbedaan kedalaman tersebut dapat disimpulkan
bahwa kedalaman redisain lebih hemat sebesar 30 % dibanding 11,98. Pondasi
tiang yang digunakan di lapangan menggunakan pondasi tiang turap baja dengan
diameter 500mm dengan panjang 22 mm. Tegangan ijin dipengaruhi oleh faktor
pembebanan oleh karena itu pada tiang no 1 s/d 3 dengan faktor pembebanan
berupa gaya gempa. Pondasi tiang tersebut memiliki nilai tegangan yang > 1
sehingga tidak aman untuk digunakan, untuk mengantisipasi hal ini maka
diameter tiang harus dibesarkan sebesar 800 mm dengan tegangan ijin sebesar
0,7 T/m².
Collections
- Civil Engineering [4187]