Show simple item record

dc.contributor.advisorHastuti Saptorini
dc.contributor.authorNovina Mayasari, 02512191
dc.date.accessioned2020-09-25T06:22:28Z
dc.date.available2020-09-25T06:22:28Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://dspace.uii.ac.id/123456789/24195
dc.description.abstractCoffeeshop merupakan sebuah wadah komunitas muda menikmati kopi sebagai hidangan utama yang disajikan dan sebagai sarana hiburan psikologis di kota besar, saat mereka mengalami kesumpekan dengan aktifitas yang mereka lakukan. Pengunjung menginginkan sebuah tempat yang nyaman, fasilitas yang memadai, serta tidak merasa terganggu oleh orang lain. Dengan mengambil Addicted Coffeeshop sebagai studi kasus, terlihat bahwa perilaku pengunjung sangat beragam guna mendapatkan kenyamanan privasi yang mereka inginkan. Bagaiman tolok ukur arsitektural yang mampu mewadahi perilaku pengunjung guna mendapatkan privasi merupakan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Definisi privasi menurut Lawrence adalah kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya. Westin membagi empat jenis privasi yaitu Solitude, Anonimity, Reserve dan Intimacy. Sedangkan hal - hal yang berhubungan erat dengan privasi adalah Tentorial, Personal Space, Pergerakan dan stress. Dalam memperoleh data - data primer, digunakan metode observasi langsung, interview dengan pemilik Addicted CoffeeShop dan pengunjung, serta penyebaran kuisioner. Melalui fenomenologi, data penelitian dikategorisasikan berdasarkan karakter perilaku pengunjung yang datang dengan komunitas, datang dengan pasangan (teman dekat), datang dengan teman kerja dan datang sendiri. Temuan menunjukkan bahwa perwilayahan yang ada di Addicted Coffeeshop tidak mampu mewadahi keinginan pengunjung dilihat dari segi pemenuhan kebutuhan privasi. Perwilayahan yang dimaksud adalah area entrance yang jarang digunakan pengunjung, area teras yang menjadi favorit pengunjung yang datang dengan pasangan yang menginginkan privasi yang tinggi, serta area dalam yang selalu dipenuhi komunitas yang tidak perduli dengan batasan privasi. Rekomendasi sebagai guideline perancangan mengindikasikan bahwa perwilayahan pengunjung diubah dengan menempatkan komunitas di area entrance agar tidak mengganggu pengunjung lainnya. Sedangkan area teras dan ruang dalam digunakan untuk pengunjung yang datang dengan teman kerja, sendiri dan berpasangan karena mereka membutuhkan privasi yang besar. Tolok ukur yang ditemukan untuk mewadahi perilaku pengguna Addicted Coffeeshop dalam mendapatkan privasi yang dinginkan yaitu: (1) Tata ulang lay out furniture, (2) Tinggi rendah pencahayaan antar ruang untuk menyesuaikan kebutuhan tingkat privasi yang dibutuhkan pengunjung, (3) Perbedaan warna ruang diterapkan untuk menyesuaikan kategori komunitas. Untuk komunitas, dipilih warna hangat seperti merah, kuning dan jingga, untuk yang berpasangan digunakan warna - warna yang memberi kesan lembut seperti hijau, putih dan coklat. (4) Pengaturan orientasi visual, (5) penyesuaian ruang gerak, dan (6) pemasangan pembatas ruang untuk menegaskan teritori antar satu pengunjung dengan pengunjung yang lain.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPrivasi Pengunjungen_US
dc.subjectBerdasarkan Aspek Fungsien_US
dc.subjectPerilaku Penggunaen_US
dc.subjectTata Ruang Coffeeshopen_US
dc.subjectStudi kasus Addicted Coffeeshop Yogyakartaen_US
dc.titlePrivasi Pengunjung Berdasarkan Aspek Fungsi dan Perilaku Pengguna pada Tata Ruang Coffeeshop Studi kasus Addicted Coffeeshop Yogyakartaen_US
dc.Identifier.NIM02512191


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record