dc.description.abstract | Coffeeshop merupakan sebuah wadah komunitas muda menikmati kopi sebagai
hidangan utama yang disajikan dan sebagai sarana hiburan psikologis di kota besar, saat mereka
mengalami kesumpekan dengan aktifitas yang mereka lakukan. Pengunjung menginginkan
sebuah tempat yang nyaman, fasilitas yang memadai, serta tidak merasa terganggu oleh orang
lain. Dengan mengambil Addicted Coffeeshop sebagai studi kasus, terlihat bahwa perilaku
pengunjung sangat beragam guna mendapatkan kenyamanan privasi yang mereka inginkan.
Bagaiman tolok ukur arsitektural yang mampu mewadahi perilaku pengunjung guna mendapatkan
privasi merupakan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
Definisi privasi menurut Lawrence adalah kecenderungan pada diri seseorang untuk
tidak diganggu kesendiriannya. Westin membagi empat jenis privasi yaitu Solitude, Anonimity,
Reserve dan Intimacy. Sedangkan hal - hal yang berhubungan erat dengan privasi adalah
Tentorial, Personal Space, Pergerakan dan stress.
Dalam memperoleh data - data primer, digunakan metode observasi langsung, interview
dengan pemilik Addicted CoffeeShop dan pengunjung, serta penyebaran kuisioner. Melalui
fenomenologi, data penelitian dikategorisasikan berdasarkan karakter perilaku pengunjung yang
datang dengan komunitas, datang dengan pasangan (teman dekat), datang dengan teman kerja
dan datang sendiri. Temuan menunjukkan bahwa perwilayahan yang ada di Addicted Coffeeshop
tidak mampu mewadahi keinginan pengunjung dilihat dari segi pemenuhan kebutuhan privasi.
Perwilayahan yang dimaksud adalah area entrance yang jarang digunakan pengunjung, area teras
yang menjadi favorit pengunjung yang datang dengan pasangan yang menginginkan privasi yang
tinggi, serta area dalam yang selalu dipenuhi komunitas yang tidak perduli dengan batasan
privasi.
Rekomendasi sebagai guideline perancangan mengindikasikan bahwa perwilayahan
pengunjung diubah dengan menempatkan komunitas di area entrance agar tidak mengganggu
pengunjung lainnya. Sedangkan area teras dan ruang dalam digunakan untuk pengunjung yang
datang dengan teman kerja, sendiri dan berpasangan karena mereka membutuhkan privasi yang
besar. Tolok ukur yang ditemukan untuk mewadahi perilaku pengguna Addicted Coffeeshop
dalam mendapatkan privasi yang dinginkan yaitu: (1) Tata ulang lay out furniture, (2) Tinggi
rendah pencahayaan antar ruang untuk menyesuaikan kebutuhan tingkat privasi yang dibutuhkan
pengunjung, (3) Perbedaan warna ruang diterapkan untuk menyesuaikan kategori komunitas.
Untuk komunitas, dipilih warna hangat seperti merah, kuning dan jingga, untuk yang berpasangan
digunakan warna - warna yang memberi kesan lembut seperti hijau, putih dan coklat. (4)
Pengaturan orientasi visual, (5) penyesuaian ruang gerak, dan (6) pemasangan pembatas ruang
untuk menegaskan teritori antar satu pengunjung dengan pengunjung yang lain. | en_US |