Show simple item record

dc.contributor.advisorFajriyanto
dc.contributor.authorNadia Salsabila, 16512049
dc.date.accessioned2020-09-14T02:15:32Z
dc.date.available2020-09-14T02:15:32Z
dc.date.issued2020-07-13
dc.identifier.urihttp://dspace.uii.ac.id/123456789/23934
dc.description.abstractDari 214 kampung wisata hanya 72 diantaranya yang dapat dikatakan berhasil menjadi kampung wisata. Kegagalan kampung wisata disebabkan oleh daya tarik wisata yang belum didukung fasilitas penunjang. Kampung Kedung Semurup memiliki berbagai macam kegiatan seni budaya dan kegiatan alam yang dilakukan warganya. Belum adanya wadah bagi warga beraktivitas mendorong penulis untuk merancang eco-cultural center yang mana dapat mewadahi segala kegiatan seni budaya dan kegiatan alam warga Kampung Kedung Semurup. Sehingga dengan adanya eco-cultural center ini diharapkan dapat sebagai sarana pengembangan lokalitas dari potensi yang dimiliki dan dijadikan sebagai daya tarik wisatawan berkunjung ke kampung ini. Di samping itu pada tahun 2016, Sungai Denggung mengalami pencemaran akibat sampah rumah tangga yang mengganggu kualitas dan kondisi sungai. Sehingga mengakibatkan tidak terlihat adanya aktivitas di tepian sungai. Maka dari itu dalam perancangan ini memanfaatkan potensi Sungai Denggung dalam perancangan tapak sekaligus sebagai kegiatan utama pada eco-cultural center. Pendekatan arsitektur ekologis merupakan metode pendekatan yang diterapkan dalam perancangan eco-cultural center guna menciptakan bangunan dan lingkungan tapak yang sehat dan selaras demi menjaga keletarian alam dan menjaga makhluk hidup yang ada. Dimana memanfaatkan potensi Sungai Denggung ke dalam perancangan tapak guna menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di sungai. Sehingga akan menghidupkan aktivitas di Sungai Denggung dan tepiannya. Tidak hanya itu, penerapan arsitektur ekologis yang difokuskan yaitu menciptakan kawasan yang hijau, merespon terhadap iklim, menghemat penggunaan energi, dan menggunakan material lokal yang ramah lingkungan. Dalam menguji desain pada aspek tata lansekap, pencahayaan, penghawaan, dan penggunaan material lokal ekologis menggunakan perhitungan persentase yang mana harus memenuhi standar yang berlaku. Sedangkan dalam menguji desain pada aspek pergerakan matahari menggunakan software sketchup untuk mengetahui sudut jatuh bayangan bangunan pada bulan kritis. Pada aspek pergerakan angin uji desain menggunakan software Autodesk Flow Design untuk mengetahui titik mana sajakah masih memiliki kecepatan angin yang tinggi.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectEco-Cultural Centeren_US
dc.subjectArsitektur Ekologisen_US
dc.subjectPengembangan Lokaen_US
dc.titlePerancangan Fasilitas Wisata Lingkungan dan Budaya di Kampung Wisata Kedung Semurup Yogyakarta Dengan Penerapan Arsitektur Ekologisen_US
dc.Identifier.NIM16512049


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record