Redesain Masjid Taqwa di Kenyayan, Bakauheni, Lampung Selatan dengan Pendekatan Third Place
Abstract
Masjid Taqwa di Kenyayan, Bakauheni, Lampung Selatan menjadi relatif
sepi dan jumlah jamaahnya berkurang setelah adanya ruas Jalan Tol Trans Sumatera
(JTTS). Masjid tersebut selama ini belum menjadi fasilitas interaksi sosial bagi
masyarakat. Redesain Masjid Taqwa Kenyayan dengan pendekatan Third Place
diharapkan mampu meningkatkan kemakmuran masjid, sekaligus meningkatkan
nilainya dengan menjadi fasilitas interaksi sosial bagi masyarakat.
Berdasarkan data dan kajian, persoalan dalam perancangan ini adalah;
1) Bagaimana merancang Masjid Taqwa dengan dua kelompok tipologi suasana
ruang: spiritual space, & interactional space yang terhubung, namun karakter
masing- masing tetap terjaga?, 2) Bagaimana merancang Masjid Taqwa memiliki
tampilan casual dengan material, finishing, dan furnitur sesuai fleksibilitas ruang
bersosial, namun tetap dapat merepresentasikan nilai/simbol keislaman?, dan 3)
Bagaimana merancang Masjid Taqwa dengan fungsi tempat ibadah yang memiliki
fungsi tambahan pendukung yang efektif dan variatif namun dengan luas site yang
terbatas?
Setelah dilakukan analisis, eksplorasi perancangan dan uji desain,
dihasilkan rancangan Masjid Taqwa Kenyayan yang memiliki serambi sebagai zona
transisi antara ruang interaksi sosial outdoor dengan ruang utama ibadah yang harus
bersuasana kontempelatif. Ruang interaksi sosial outdoor disajikan dalam beberapa
bentuk; selasar memanjang dengan naungan pergola, upper terrace, playground,
mini foodcourt, kolam air, dan tangga lebar pada bagian front plaza yang dapat
digunakan sebagai tempat duduk-duduk selain fungsi utamanya sebagai akses ke
basement. Kompromi antara tampilan casual dan islami diwujudkan dalam bentukbentuk
geometri persegi panjang (rectangle) yang asimetris, membentuk void-void
pada selubung serambi yang membuat suasana terbuka, dan dipadukan dengan
beberapa aksen simbol keislaman berupa kaligrafi (/bulan sabit pada revisi). Image
bangunan sebagai masjid juga diaplikasikan dalam bentuk minaret. Pemanfaatan
cahaya matahari dan pencahayaan pada ruang indoor dilakukan dengan tube light
dan skylight untuk menunjang suasana kontempelatif dan monumental. Void
menerus pada tengah ruang ibadah juga membentuk proporsi skala yang membuat
manusia merasa kecil sehingga lebih khusyu’ (kontempelatif) saat beribadah.
Beberapa fungsi tambahan diletakkan bergabung dengan ruang ibadah dengan
menggunakan partisi movable sehingga menjadikan ruang ibadah fleksibel untuk
diperluas saat dibutuhkan kapasitas yang lebih banyak (extendable).
Collections
- Architecture [3718]