dc.description.abstract | Batik merupakan sektor andalan yang dapat meningkatkan pendapatan asli
Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah terkenal baik yaitu nasional maupun
internasional. Namun banyaknya produsen batik baik yang besar maupun yang
berskala rumah tangga memunculkan masalah sosial lain, yaitu melimpahnya
produksi limbah. Limbah usaha kerajinan batik sebagian besar dalam bentuk cair
yang sebagian besar dihasilkan dari proses pembilasan/pencucian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas koagulan biji kelor dalam menurunkan
kadar kekeruhan dan warna pada limbah batik Nakula Sadewa.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan biji kelor sebagai zat koagulan
pada proses koagulasi-flokulasi. Optimalisasi variasi dosis koagulan dilakukan
dengan Jar test dengan variasi dosis 4 gr/l, 8 gr/l, 12 gr/l. 16 gr/l dan 20 gr/l. Variasi
kecepatan pengadukan yang digunakan yaitu 120 rpm selama 1 menit untuk proses
koagulasi dan 20 rpm selama 15 menit untuk flokulasi. Sedangkan pH optimum yang
dipakai 10. Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxybenzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadsopsi dan menetralisasi partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel
kotoran melayang dalam air. Setelah jar test, sample didiamkan selama 1 jam supaya
terjadi pengendapan. Analisa laboratorium untuk parameter kekeruhan mengacu pada
SNI M-03-1989-F metode spektrofotometri dan warna yang mengacu pada SNI M-
03-1989-F metode spektrofotometri serta memperhatikan nilai pH.
Berdasarkan analisa laboratorium menunjukkan terjadinya penurunan kadar
kekeruhan dan warna pada limbah batik Nakula Sadewa. Dimana efisiensi penurunan
dari kekeruhan dan warna tertinggi terjadi pada variasi dosis koagulan biji kelor 20
gr/l yaitu sebesar 96.230 % untuk parameter kekeruhan dan 94.725 % untuk
parameter warna.
Kata kunci : Limbah batik, biji kelor, Koagulasi-flokulasi. pH optimum, adsopsi.
kekeruhan, warna. | en_US |