Show simple item record

dc.contributor.authorErwin Nurpatria Krisna, 89310089
dc.date.accessioned2020-08-03T08:56:21Z
dc.date.available2020-08-03T08:56:21Z
dc.date.issued1996
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/23107
dc.description.abstractPerkembangan teknologi transportasi khususnya yang menyangkut lapis permukaan jalan dituntut untuk memenuhi tiga kriteria yaitu aman, nyaman dan ekonomis. Penggunaan campuran SMA + S sebagai lapis permukaan dinilai oleh para ahli mempunyai banyak kelebihan antara lain tahan oksidasi, tahan deformasi pada suhu tinggi (60%), cukup fleksibel, mampu melayani lalu lintas berat dan aman untuk lalu lintas, hal ini sesuai dengan keadaan di Indonesia sebagai negara tropis dengan sinar matahari dan curah hujan yang relatif tinggi serta dapat berperan dalam memecahkan kendala-kendala sekaligus untuk efisiensi dari segi kualitas, waktu dan biaya pelaksanaan. Kenyataan di lapangan yang sering terjadi adalah pemadatan yang dilakukan di bawah suhu (pemadatan awal) yang telah disyaratkan dan mengakibatkan konstruksi lapis keras bermutu rendah dan berumur konstruksi pendek. Permasalahan yang timbul tersebut adalah karena letak Asphalt Mixing Plan (AMP) jauh dari lokasi penghamparan, kemacetan lalu lintas dan menumpuknya (antrian) campuran siap hampar sehingga suhunya turun dan tidak memenuhi persyaratan lagi, namun apabila tidak digunakan akan sangat merugikan baik dari segi waktu maupun biaya. Permasalahan akan dapat teratasi apabila campuran yang suhunya turun tersebut dipanaskan lagi sehingga memenuhi syarat untuk penghamparan dan dapat dimanfaatkan kembali. Penelitian ini menitik beratkan pada pengaruh pemanasan ulang terhadap perilaku campuran SMA + S grading 0/11 dengan alat uji Marshall yang meliputi kandungan rongga dalam campuran (VIM), banyaknya rongga terisi aspal (VFWA), stabilitas, kelelehan (flow), Marshall Quotient (MQ) dan modulus kekakuan campuran (Smix). Hasil penelitian pemanasan ulang campuran SMA + S dengan variasi kadar aspal 6,3%, 6,7%, 7,1% dan 7,5% yang telah turun temperaturnya sampai 60 °C memberi pengaruh pada peningkatan nilai stabilitas, flow, VFWA, MQ dan modulus kekakuan sedangkan VIM mengalami penurunan. Secara keseluruhan hanya campuran dengan kadar aspal 6,7% yang dapat digelar kembali karena memenuhi semua kriteria disain Marshall yang mengacu pada spesifikasi Bina Marga dan SKBI 1987.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPengaruh Pemanasan Ulangen_US
dc.subjectPerilaku Campuranen_US
dc.subjectSplit Mastic Asphalt Grading 0/11en_US
dc.subjectAlat Uji Marshallen_US
dc.titlePengaruh Pemanasan Ulang terhadap Perilaku Campuran Split Mastic Asphalt Grading 0/11 dengan Alat Uji Marshallen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record