Show simple item record

dc.contributor.authorWahyu Sunardiansyah, 00512177
dc.date.accessioned2020-07-24T09:04:49Z
dc.date.available2020-07-24T09:04:49Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/22980
dc.description.abstractFasilitas wisata seni budaya Jawa merupakan tempat yang mengakomodasi fasilitas rekreasi edukatif dan fasilitas penunjang yang keberadaannya dapat memberikan kesenangan, pengetahuan dan pembelajaran moral kepada masyarakat melalui seni-seni Jawa seperti tembang jawa, pitutur jawa dan Wayang . Upaya yang dilakukan untuk membantu pemahaman para pengunjung terhadap objek display tembang, pitutur Jawa dan wayang yang memiliki unsur-unsur filosofi yang tinggi sehingga bisa memaknai dan memahami secara mendalam memerlukan suatu kondisi ruang yang bisa memberikan para pengunjung fokus/konsentrasi, yaitu dengan menciptakan suasana tata ruang interior dan eksterior yang meditatif Kriteria nilai meditatif tersebut diperoleh dengan melakukan studi kasus dan literatur. Tahap skematik desain mengenai penerapan Kriteria meditatif yaitu adanya fokus, sumbu, hirarki dan orientasi ditunjukkan dengan analisa dan skema. Skema gubahan masa mengadopsi dari bentuk gelombang pikiran saat konsentrasi meniadakan segala keinginan,hasrat dan nafsu dalam proses bermeditasi yakni gelombang yang memiliki keterpusatan yang diterapkan melalui pengarahan orientasi kesatu masa bangunan yang menjadi fokus orientasi masa. Pada skema perwilayahan kegiatan merupakan pembagian tahap-tahap peruangan dari profan menuju area sakral. Skema sirkulasi ruang luar nilai meditatif diungkapkan melalui pola sirkulasi yang linier dan memiliki hirarki peruangan yang berbeda beda, dari awal menuju akhir perjalanan makin tinggi. Skema tata hijau dirancang guna menciptakan suasana meditatif maka vegetasi yang dipilih adalah cemara dan bambu yang didukung pula oleh kolam-kolam dengan gemericik air mancur. Pengembangan desain adalah hasil akhir dari penerapan konsep meditatif sesuai dengan kriteria yang telah analisis. Penerapan dari fokus tersebut diungkapkan pada tata ruang interior yaitu meminimalkan pencahayaan, sumber cahaya hanya pada objek display guna mengarahkan visual pengunjung kearah 1 arah amatan visual. Hal ini ditampilkan pada ruang audiovisual dan ruang galeri wayang. Pada ruang eksteriornya, berawal dari entrance konsep fokus diwujudkan berupa gate yang monumental dan sculpture yang berada didepan entrance merupakan aplikasi konsep sumbu yang secara imajinatif arah sirkulasinya membentuk sumbu imajiner antara sculpture dan amphiteater. Konsep hirarki diterapkan guna membedakan kedudukan fungsi ruang dari yang bersifat profan menuju sakral. Konsep orientasi ditampilkan melalui bentukan yang sangat kontras dari segi atap dan orientasi masa yaitu pada amphiteater masa bangunan yang lain berorientasi kearah amphiteater dan amphiteater sendiri memiliki orientasi kearah sunset matahari dengan kemiringan 45°, untuk atap pada amphiteater selain sebagai simbol identitas jogja tampilan atap berupa joglo dengan struktur yang unik diwujudkan sebagai penerapan konsep fokus secara visual.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectFasilitas Wisataen_US
dc.subjectSeni Budaya Jawa di Parangkusumoen_US
dc.subjectSuasana Tata Ruangen_US
dc.subjectInterior dan Eksterior yang Meditatifen_US
dc.titleFasilitas Wisata Seni Budaya Jawa di Parangkusumo Suasana Tata Ruang Interior dan Eksterior yang Meditatifen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record