Fasilitas Wisata Seni Budaya Jawa di Parangkusumo Suasana Tata Ruang Interior dan Eksterior yang Meditatif
Abstract
Fasilitas wisata seni budaya Jawa merupakan tempat yang mengakomodasi fasilitas
rekreasi edukatif dan fasilitas penunjang yang keberadaannya dapat memberikan kesenangan,
pengetahuan dan pembelajaran moral kepada masyarakat melalui seni-seni Jawa seperti tembang
jawa, pitutur jawa dan Wayang . Upaya yang dilakukan untuk membantu pemahaman para
pengunjung terhadap objek display tembang, pitutur Jawa dan wayang yang memiliki unsur-unsur filosofi
yang tinggi sehingga bisa memaknai dan memahami secara mendalam memerlukan
suatu kondisi ruang yang bisa memberikan para pengunjung fokus/konsentrasi, yaitu dengan
menciptakan suasana tata ruang interior dan eksterior yang meditatif Kriteria nilai meditatif
tersebut diperoleh dengan melakukan studi kasus dan literatur.
Tahap skematik desain mengenai penerapan Kriteria meditatif yaitu adanya fokus, sumbu,
hirarki dan orientasi ditunjukkan dengan analisa dan skema. Skema gubahan masa mengadopsi
dari bentuk gelombang pikiran saat konsentrasi meniadakan segala keinginan,hasrat dan nafsu
dalam proses bermeditasi yakni gelombang yang memiliki keterpusatan yang diterapkan melalui
pengarahan orientasi kesatu masa bangunan yang menjadi fokus orientasi masa. Pada skema
perwilayahan kegiatan merupakan pembagian tahap-tahap peruangan dari profan menuju area
sakral. Skema sirkulasi ruang luar nilai meditatif diungkapkan melalui pola sirkulasi yang linier
dan memiliki hirarki peruangan yang berbeda beda, dari awal menuju akhir perjalanan makin tinggi. Skema tata hijau dirancang guna menciptakan suasana meditatif maka vegetasi yang
dipilih adalah cemara dan bambu yang didukung pula oleh kolam-kolam dengan gemericik air
mancur.
Pengembangan desain adalah hasil akhir dari penerapan konsep meditatif sesuai dengan
kriteria yang telah analisis. Penerapan dari fokus tersebut diungkapkan pada tata ruang interior
yaitu meminimalkan pencahayaan, sumber cahaya hanya pada objek display guna mengarahkan
visual pengunjung kearah 1 arah amatan visual. Hal ini ditampilkan pada ruang audiovisual dan
ruang galeri wayang. Pada ruang eksteriornya, berawal dari entrance konsep fokus diwujudkan
berupa gate yang monumental dan sculpture yang berada didepan entrance merupakan aplikasi
konsep sumbu yang secara imajinatif arah sirkulasinya membentuk sumbu imajiner antara
sculpture dan amphiteater. Konsep hirarki diterapkan guna membedakan kedudukan fungsi
ruang dari yang bersifat profan menuju sakral. Konsep orientasi ditampilkan melalui bentukan
yang sangat kontras dari segi atap dan orientasi masa yaitu pada amphiteater masa bangunan
yang lain berorientasi kearah amphiteater dan amphiteater sendiri memiliki orientasi kearah
sunset matahari dengan kemiringan 45°, untuk atap pada amphiteater selain sebagai simbol
identitas jogja tampilan atap berupa joglo dengan struktur yang unik diwujudkan sebagai
penerapan konsep fokus secara visual.
Collections
- Architecture [3658]