Fasilitas Batik Craft Center di Laweyan-Solo Penerapan Teori Urban Space dan Kontekstualisme
Abstract
Kampung Laweyan mempunyai sejarah dalam perkembangan batik di Solo yang
berpengaruh kuat terhadap pembentukan kawasannya yang spesifik, berbeda dengan
kawasan lain. Dimana sekitar tahun 50-60-an Laweyan sudah mendapat julukan sebagai
pusat produksi batik (Batik Craft center) terbesar di karisidenan Surakarta. Namun lepas
dari tahun 60-an batik di Surakarta atau khusunya di Laweyan mengalami kelesuan.
Diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal.
Keinginan untuk mengembalikan pamor Laweyan datang dari masyarakat
setempat melalui diskusi dengan pejabat terkait. Tujuannya bukan hanya mengembalikan
pamor laweyan melainkan juga menjadikan laweyan sebagi tujuan wisata sosial budaya.
Ini berkaitan dengan Laweyan sebagai kawasan konservasi, tipologi mata pencarian
utama masyarakat setempat sebagai pengrajin batik, dan beberapa cagar budaya
sebagai saksi bisu sejarah pembentukan kawasan tersebut.
Dalam hal ini diperlukan fasilitas baru yang dapat menyelesaikan permasalahan
baik internal maupun eksternal dalam Batik Craft Center. Fasilitas tersebut mempunyai
lingkup kegiatan sebagai promosi, pengembangan dan penjualan.
Sasarannya adalah dapat mendukung masyarakat perbatikkan yang sudah ada sehingga
secara tidak langsung dapat mengembalikan roda perbatikkan yang saat ini mengalami
kelesuan.
Namun ada beberapa permasalahan dalam merencanakan fasilitas baru dalam
Batik Craft Center yaitu bagaimana mewujudkan fasilitas baru pada kawasan konservasi
dengan tipe permukiman urban Solids.
Sehingga diperlukan pendekatan secara urban untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan kesimpulan fasilitas baru berupa bangunan adalah produk in-fill dari
bangunan yang di Demolisi, dan tetap mendukung seluruh kawasan Laweyan.
Juga Bagaimana Pengaruh arsitektur bangunan sekitar terhadap bangunan baru
yang nantinya identik dengan kampung batik Laweyan. Penyelesaian masalah tersebut
dilakukan dengan pendekatan arsitektural sehingga dapat disimpulkan bahwa perlu
alternatif kontekstual, yaitu kontras dengan batasan pada struktur, komposisi, dan bentuk
atap, namun juga menerapakan pengulangan, proporsi sebagai perwujudan filosofi batik
sebagai simbolisasi. Yang nantinya dapat menjadikan bangunan baru tersebut menjadi
potensi landmark dari lingkungannya.
Dengan harapan, dari segi kawasan fasilitas baru tersebut adalah bagian dari
kawasan konservasi dengan tetap mempertahankan tipe permukimannya sedangkan dari
segi arsitektur bangunan dapat memperkuat image pada setiap segmen kawasan yang
berpengaruh pada kawasan secara keseluruhan.
Collections
- Architecture [3648]