Show simple item record

dc.contributor.authorErna Susanti, 96340031
dc.date.accessioned2020-06-23T06:32:36Z
dc.date.available2020-06-23T06:32:36Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/21635
dc.description.abstractBangunan arsitektur tradisional Kudus sebagai salah satu nilai budaya perlu dilestarikan karena memiliki ciri khas tersendiri baik dari bentuk bangunannya, makna yang terkandung maupun dari segi tata ruangnya. Obyek wisata hutan Pinus Kajar sebagai salah satu obyek wisata alam di Kudus belum banyak menghasilkan bagi dunia pariwisata, bahkan keberadaan hutan itu sendiri terancam karena banyak masyarakat yang melakukan pencurian kayu Pinus. Hal ini melandasi perlunya dilakukan kegiatan wisata di hutan ini yang mampu mendukung dan melestarikan keberadaan pohon Pinus dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Untuk tujuan melestarikan keberadaan pohon Pinus bersama kegiatan pengambilan getah pinusnya yang dilakukan buruh penyadap inilah, maka dibangun desa wisata yang mengolah wisata alam. Hasil kerajinan, termasuk kerajinan bunga Pinus yang merupakan potensi kawasan. Bangunan hunian yang ada pada desa wisata ini harus menampilkan bangunan khas Kudus yaitu khususnya bangunan Joglo Pencu dan rumah payon, dimana bangunan rumah payon ini masih banyak terdapat di kawasan desa Kajar. Bangunan rumah adat Kudus yang dibangun harus menyesuaikan dengan keberadaan elemen lansekap khususnya pohon Pinus. Bangunan tidak boleh mengganggu pertumbuhan pohon Pinus. Usaha kerajinan yang ada menampilkan kerajinan khas Kudus. Untuk menunjang usaha promosi kerajinan, maka letak kerajinan yang saling berkaitan berdekatan satu sama lain, letak bangunan sedapat mungkin dekat dengan tempat penyediaan bahan baku, letak kerajinan berdekatan dengan obyek wisata alam yaitu hutan pinus dan sungai watu putih, ada atraksi budaya penambah daya tarik pada satu unit kerajinan yang diselenggarakan secara bergiliran. Bangunan rumah adat Kudus yang ada di desa wisata memiliki konsep tertentu dalam pengaturan tata ruangnya seperti aslinya yaitu ada tingkatan ruang yang dibedakan dengan ketinggian level lantai, dari halaman, bilik, serambi, jogosatru, senthong, gedongan. Bilik terpisah dari bangunan utama dan diletakkan di depan. Arah hadap bangunan semua menghadap ke selatan. Sesuai kebiasaan masyarakat Kajar yang menganggap surau sebagai tempat berkumpul, maka surau diletakkan sebagai pusat orientasi kegiatan pada kawasan desa wisata.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectDesa Wisata dan Senien_US
dc.subjectKajar Kawasan Obyek Wisataen_US
dc.subjectGunung Muria Kudusen_US
dc.subjectPenekanan pada Keselarasan Bentuk Bangunanen_US
dc.subjectArsitektur Tradisional Kudusen_US
dc.subjectPola Lansekapen_US
dc.subjectKawasan yang Menunjang Kegiatan Wisataen_US
dc.titleDesa Wisata dan Seni di Kajar Kawasan Obyek Wisata Gunung Muria Kudus Penekanan pada Keselarasan Bentuk Bangunan Arsitektur Tradisional Kudus dengan Pola Lansekap Kawasan yang Menunjang Kegiatan Wisataen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record