Studi Trip Assignment pada Ruas-Ruas Jalan yang Menuju Plaza Ambarukmo
Abstract
Pembangunan pusat-pusat kegiatan dapat menimbulkan dampak positif
pada pertumbuhan ekonomi dan peningkaian lapangan kerja disamping juga
dapat mengakibatkan dampak negatif pada sistem transportasi dan pergerakan
lalulintas. Perencanaan pembangunan kawasan sangat mempengaruhi pola
pergerakan, dimana penggunaan lahan dan rencana distribusi spasialnya
merupakan penentu dalam pengadaan prasarana dan sarana transportasi yang
menyebabkan terjadinya interaksi. Tata guna lahan (kegiatan), prasarana
transportasi (jaringan), dan pergerakan lalulintas (pergerakan) merupakan suatu
sistem yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Wilayah
kajian adalah suatu wilayah geografis yang didalamnya terletak semua zona Asal
dan Tujuan yang diperhitungkan dalam model kebutuhan akan transportasi.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengembangkan model
yang mengaitkan antara sistem tata guna lahan (kegiatan), sistem, prasarana
transportasi (jaringan), dan sistem pergerakan lalulintas (pergerakan) dengan
wilayah kajian adalah Kecamatan Depok (Kelurahan Caturtunggal), Kecamatan
Banguntapan, Kecamatan Kalasan, Kecamatan Prambanan yang merupakan
zona Asal dan Plaza Ambarukmo yang merupakan zona Tujuan.
Tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan konsep interaksi sistem
transportasi ini adalah pertama bangkitan pergerakan, parameter yang dipakai
adalah populasi dan prosentase usia kerja zona asal dan jumlah lapangan kerja
pada zona tujuan. Model Underwood digunakan untuk menganalisis arus
lalulintas dasar (Base Traffic), kedua sebaran pergerakan, parameter zona asal
yang digunakan adalah populasi (Oi dan Dd) dan nilai sel MAT-nya (Cid) yang
dipengaruhi oleh aksesihilitas yang merupakan fungsi dari jarak dan waktu
(kombinasi). Model Grafity dengan batasan tarikan (ACGR) digunakan untuk
mencari faktor penyeimbang bangkitan dan tarikan pergerakan (Bd), proses
kalibrasi model dilakukan untuk menaksir parameter B dengan menggunakan
metode analisis regresi linear, ketiga pemilihan moda transportasi dan rute.
Hasil yang didapatkan dari Model Underwood diantaranya adalah
kapasitas (Vm) zona Depok rute 1 11.816 smp/jam, rute 2 5.374 smp/jam, zona
Banguntapan rute 1 14.966 smp/jam, rute 2 5.281 smp/jam, zona Kalasan rute 1
6.269 smp/jam dan zona Prambanan rute 1 5.271 smp/jam. Model ACGR
menghasilkanBdzona Depok 0,00000497476, zona Banguntapan 0,00000497880
zona Kalasan 0,00000498026, zona Prambanan 0,00000498451 dengan f)
0,000047831180. Sedangkan Model Sederhana Interaksi Sistem Transportasi
menghasilkan jumlah pergerakan arus lalulintas (Q) dan waktu tempuh (TQ),
untuk kondisi I dengan tarikan pergerakan zona tujuan (Ag) sebesar
5.000 smp/jam adalah zona Depok rute TQab(1) 15.088 smp/jam TQab
0,078 menit, rute 2 Qab (2> 5.661 smp/jam TQab 0,208 menit, rute 1+2 Qab<i+2>
9.806 smp/jam TQab 0,120 menit, dengan Indeks Tingkat Pelayanan (a) rutel
0,21, rute 2 0,05, sedangkan zona Banguntapan menghasilkan, rute Qabo>
20.191 smp/jam TQab 0,06 menit, rute 2 Qabq) 5.449 smp/jam TQab 0,22 menit,
rute 1+2 Qab/i+2) 9.513 smp/jam TQar 0,19 menit, dengan Indeks Tingkat
Pelayanan (a) rulel 0,26, rute 2 0,03, sedangkan zona Kalasan menghasilkan,
rute 1 Qab(d 7.878 smp/jam TQab 0,15 menit, dengan Indeks Tingkat Pelayanan
(a) 0,20, sedangkan zona Prambanan menghasilkan, rute 1Qab<d 7.119 smp/jam
TQab 0,17 menit, dengan Indeks Tingkat Pelayanan (a) 0,25. Untuk kondisi II
dengan tarikan pergerakan zona tujuan (Ag) sebesar 15.000 smp/jamjam adalah
zona Depok rute 1 Qab<d 15.387 smp/jam TQab 0,29 menit, rute 2 Qabq)
5.719 smp/jam TQab 0,78 menit, rute 1+2 Qab(i*d 9.834 smp/jam TQab
0,46 menit, dengan Indeks Tingkat Pelayanan (a) ruteI 0,21, rute 2 0,05,
sedangkan zona Banguntapan menghasilkan, rute Qab(I) 20.401 smp/jam TQAb
0,22 menit, rute 2 Qab/2) 5.468 smp/jam TQab 0,82 menit, rute 1+2 Qab(i+2)
9.526 smp/jam TQab 0,64 menit, dengan Indeks TingkatPelayanan (a) rule! 0,26,
rute 2 0,03, sedangkan zona Kalasan menghasilkan, rute 1Qab(I> 8.011 smp/jam
TQab 0,56 menit, dengan Indeks Tingkat Pelayanan (a) 0,20, sedangkan zona
Prambanan menghasilkan, rute 1Qab(d 7.249 smp/jam TQab 0,62 menit, dengan
Indeks Tingkat Pelayanan (a) 0,25. Sehingga prosentase arus lalulintas
berdasarkan hasil analisis sebelum dan sesudah pembangunan Plaza Ambarukmo
untuk zona Depok rute 1 meningkat sebesar 27,7 %, rute 2 meningkat 5,3 %,
sedangkan zona Banguntapan rute 1 meningkat sebesar 34,9 %, rute 2 meningkat
3,2%, sedangkan zona Kalasan rute 1 meningkat sebesar 25,6 %, dan zona
Prambanan rute 1 meningkat sebesar 35,0 %.
Collections
- Civil Engineering [4225]