Penataan Permukiman Tepi Sungai Bensawan Solo di Kota Cepu Studi Kasus: Permukiman di Area Perdagangan pada Kawasan Pinggiran
Abstract
Ada beberapa permasalahan yang dialami kota-kota besar di dunia dan juga
di Indonesia, salah satunya adalah munculnya lingkungan-lingkungan kumuh yang
menimbulkan berbagai macam permasalahan baik fisik maupun non fisik, antara
lain kepadatan penduduk yang tinggi, sanitasi yang buruk, kualitas hunian yang
rendah, ketidakteraturan tata ruang dan hirarki jalan, serta ketidakjelasan
penguasaan dan kepemilikan tanah.
Tidak tersedianya kapling-kapling tanah matang dalam suatu lingkungan
yang direncanakan dengan baik, menyebabkan orang terpaksa membangun diatas
tanah yang tidak direncanakan lebih dahulu, sehingga terjadi suatu lingkungan
perumahan yang tidak teratur tanpa sarana dan prasarana perumahan yang layak.
Salah satu permasalahan yang dialami pemukiman tepi sungai Bengawan
Solo di kota Cepu tepatnya pada kawasan Pinggiran adalah mengenai pembangunan
rumah-rumah yang tidak memenuhi peraturan sempadan sungai sehingga saat hujan
turun dan air sungai meluap, maka banyak rumah-rumah penduduk yang digenangi
air.
Selain itu perumahan yang bermasalah ini juga dekat dengan kegiatan
perdagangan, dan bisa dikatakan bahwa penduduk pada Kawasan Pinggiran ini
sebagian memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Akibat aktivitas
menyebabkan ini banyak pendatang yang akhirnya berdomisili disekitar area
perdagangan (pasar) dan membangun rumah di sekitar pasar.
Pada Laporan TGA ini mencoba mencari solusi dari permasalahan
perumahan yang ada, yaitu dengan adanya penataan yang merupakan upaya
pemenuhan kebutuhan perumahan dengan mempertimbangkan efisiensi lahan yang
dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk Rumah Susun yang hanya terdiri 2-3 lantai,
mengingat lokasi site terpilih yang dekat dengan sungai Bengawan Solo.
Dari permasalahan ini dapat diambil suatu keuntungan dari beberapa segi
permasalahan yang dicoba untuk diselesaikan diantaranya dengan dipenuhinya
open space yang cukup baik untuk area bermain anak, sirkulasi yang cukup baik
dan nyaman tidak seperti sebelumnya yang hanya berupa gang-gang kecil dan
berujung pada gang buntu, juga mencoba memenuhi kebutuhan ruang-ruang
bersama seperti ruang parkir gerobak, kendaran, ruang cuci / jemur bersama juga
penyediaan area berdagang pada malam hari untuk pedagang kaki lima seperti
tempat berjualan gorengan.
Collections
- Architecture [3718]