Sekolah Komik dan Anime Akulturasi antara Arsitektur Komyo-Ji dan Arsitektur Borobudur pada Citra Bangunan
Abstract
Latar Belakang: Yogyakata merupakan kota pelajar, ditandai dengan banyak adanya
instansi pendidikan yang banyak berkembang di Yogyakata sehingga jumlah pelajar di
Yogyakarta juga meningkat. Konsumen dan penggemar anime dan fokusafsu sebagian
besar adalah pelajar dan mahasiswa sehingga berdampak baik untuk perkembangan
anime di Yogyakarta. Untuk mengembangkan komik-komik indie atau komik Indonesia
yang agar dapat bersaing dengan komik-komik asing, kita harus banyak belajar dari komik
Jepang secara teknis dan non teknisnya. Perkembangan itu harus didukung dengan
tasilitas-fasilitas yang memadai maka diperlukan sebuah comic school yang mewadahi
minat dan bakat yang membantu pengembangan teknik dan karakter komik Indonesia.
Dalam perkembangan komik Indonesia banyak dipengaruhi oleh komik-komik Jepang atau
manga, sehingga apabila kita menyebut kata "komik" maka identik dengan Jepang. Untuk
membentuk karakter komik Indonesia yang dapat diterima masyarakat luas banyak unsul
dari karakter manga yang diambil dan dicampur untuk membentuk karakter komik
Indonesia. Begitu juga halnya dengan arsitektur agar dapat dikomunikasikan kepada
masyarakat luas maka akulturasi arsitektur Jepang dan arsitektur Indonesia menjadi
penting.
Tujuan: Merumuskan sebuah konsep perencanaan dan perancangan dalam bangunan
school of comic and anime yang mengungkapkan akulturasi budaya Jepang dan
Indonesia melalui arsitektur Jepang dan arsitektur Indonesia untuk membentuk dan
mengembangkan karakter komik Indonesia
Konsep perancangan: 1) Konsep Gubahan Massa: terdiri dari 3 massa besar sebagai
comic school yang terdiri dari bangunan untuk area sekolah yang berkarakter arsitektur
Indonesia, bangunan untuk area kantor pengelola yang berkarakter arsitektur Jepang dan
bangunan yang terdiri dari area ruang multifungsi (hall, auditorium) dan ruang penunjang (
mushola, cafe, bookstore, dll) yang berkarakter perpaduan antara arsitektur Jepang dan
arsitektur Indonesia, diantara 3 massa besar terdapat 3 ruang terbuka (open space).
2) Konsep Fasade Bangunan: a) Bangunan berkarakter arsitektur Jepang mengambil
bentuk karakter dari Komyo-ji karya Tadao Ando yang mempunyai karakter: geometri
berbentuk persegi, pola bidang dominan akan pola garis vertikal dan horizontal,
mempunyai gaya yang simple dan tidak banyak detail, b) Bangunan berkarakter arsitektur Indonesia berpatokan pada karakter arsitektur Candi Borobudur yang memiliki karakter
geometri berbentuk melingkar, pola bidang berupa perlubangan berbentuk wajik seperti
perlubangan pada stupa Borobudur, bentuk denah memusat ke dalam dan ke atas dengan
peralihan bentuk dari persegi menjadi kotak. c) Bangunan berkarakter perpaduan
arsitektur Komyo-ji dan Borobudur, karakter tersebut diantaranya adalah: Bentuk
bangunan dengan karakter: geometri berbentuk melingkar dan persegi, dan bentuk denah
memusat ke dalam dan ke atas dengan peralihan bentuk dari persegi menjadi kotak; Pola
bidang dengan karakter: pola berbentuk wajik seperti pola perlubangan pada stupa Candi
Borobudur, pola garis vertikal dan horizontal.
Hasil Rancangan: 1) Bangunan kantor: Bangunan kantor ini berkonsep arsitekturJepang
dengan mengacu pada Komyo-ji. Tapak luar atau eksterior bangunan terlihat bahwa
screen atau dinding pada bagian luar hanya berpola garis-garis vertikal dan berangsur-angsur
menjadi vertikal dan horizontal saat memasuki interior bangunan. Pada interior
bangunan pola dinding terlihat berbeda pada sisi kanan dan kiri untuk menunjukkan pola
perubahan dari pola vertikal pada eksterior bangunan dan pola vertikal dan horizontal
pada interior bangunan. Nuansa arsitektur Jepang lebih kental/ terasa pada ruang tamu,
2) Bangunan sekolah: Bangunan ini mempunyai konsep arsitektur Borobudur dengan
karakter arsitektur Indonesia. Bangunan ini mempunyai bentuk denah yang menyerupai
denah Borobudur yaitu bentuk luar yang berbentuk gerigi kemudian ke tengah berbentuk
kotak dan semakin ke tengah berangsur-angsur berubah menjadi bentuk lingkaran.
Interior ruang studio manual terdapat pola-pola dinding yang berwarna warni. Inferior
ruang kelas teori minimalis dengan pola-pola dinding. Interior perpustakaan yang berda di
lantai 2 yang dihubungkan dengan tangga memutar, pada bagian tengah terdapat void
dan atasnya terdapat atap kaca yang berbentuk lingkaran. 3) Bangunan auditorium, expo
room dan bangunan penunjang: Bangunan ini memadukan arsitektur Komyo-ji dengan
karakter Jepang dan arsitektur Borobudur dengan karakter Indonesia dengan cara
mengambil bentukan bentukan dari masing masing karakter seperti karakter Komyo-ji
dengan bentuk kotak-kotak seperti huruf 'L' yang mengambil bentuk dari bangunan kantor
dan bentuk lingkaran yang mengambil bentuk dasar stupa pada bangunan sekolah.
Kemudian cara kedua adalah dengan mengambil bentuk pola-pola dinding vertikal dan
horizontal untuk karakter arsitektur Jepang dan penggunaan material batu sebagai wakil
dari karakter arsitektur Borobudur (Indonesia). Nuansa akulturasi arsitektur Komyo-ji dan
arsitektur Borobudur lebih banyak terlihat pada bagian eksterior bangunan. Pola pola
dinding garis garis vertikal berpadu dengan garis garis horizontal terlihat pada dinding luar
pada bangunan auditorium dan bangunan penunjang yang mempertegas konsep
akulturasi arsitektur Jepang dan arsitektur Indonesia.
Collections
- Architecture [3658]