Show simple item record

dc.contributor.authorIkarini Widayati, 99512228
dc.date.accessioned2020-06-15T06:31:43Z
dc.date.available2020-06-15T06:31:43Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/21383
dc.description.abstractPermukiman ledok Gondolayu terletak di pusat kota Jogjakarta yang berada di bantaran sungai Code di bawah jembatan Gondolayu. Permukiman ini dihuni oleh para kaum migran yang terpinggirkan disebabkan oleh segala keterbatasan. Pada umumnya mereka bekerja di sektor informal sehingga mempengaruhi pola perilaku meruang yang berbeda-beda berdasarkan karakteristik kegiatan masing-masing. Perilaku meruang yang tidak sesuai dapat megakibatkan permasalahan ketidaklayakan suatu hunian. Suatu permukiman mencerminkan pola tata ruang sebagai wadah dan komponen yang meliputi sistem aktivitas dan wujud fisik. Sebagai kajian pustaka, penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu antara lain penelitian yang dilakukan oleh Yuthan Daru Nugroho (2001),menyatakan bahwa dalam permukiman memuat komponen aktivitas yang berupa berbagai kegiatan pemukim yang ada di dalamnya dan komponen fisik yang berupa perumahan dan fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungan tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Happy Sri Handayani (1998), yang menyimpulkan bahwa perilaku masyarakat di perkotaan sangat berkaitan erat dengan tingkat ekonomi. Oleh karena itu untuk masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah maka dipilih bahan yang memenuhi kriteria kesederhanaan dan lokalitas sehingga terjangkau. Sedangkan landasan teori yang dipakai adalah yang berhubungan dengan perilaku, permukiman tepian sungai, tingkat kelayakan huni, dan rumah/lingkungan sehat. Perilaku dioperasionalisasikan sebagai kegiatan manusia yang membutuhkan seting atau wadah kegiatan yang berupa ruang. Kriteria identifikasi faktor layak/tidak layak huni terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek sosial, aspek fisik lingkungan, dan aspek fisik bangunan. Sampel penelitian yang dipilih yaitu penghuni di ledok Gondolayu, RT 01 / RW 01 kecamatan Gondokusuman, kelurahan Kota Baru, dengan jumlah penghuni sebanyak 48 KK (150 jiwa). Kriteria dalam menentukan sampel berdasarkan pada kategori penghuni (jumlah penghuni dan macam kegiatan berdasarkan mata pencaharian) serta daya dukung lahan (dekat dengan sungai dan dekat dengan jalan). Metode analisis yang dipakai yaitu analisis induktif, permasalahan yang diperoleh dari kasuskasus yang terjadi pada wilayah populasi yang akan diteliti. Melalui penyebaran kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan diperoleh data sebagai berikut: 1) Tipologi dan perilaku kegiatan penghuni dapat dikategorikan menjadi 5 macam berdasarkan mata pencaharian yang dominan, 2) Kondisi dan sebaran hunian menurut kualitas konstruksi kurang baik, 3) Sistem jaringan jalan yang sudah baik, 4) Sistem utilitas dan sampah yang belum jelas, 5) Tata ruang dalam dan luar yang belum teratur, 6) Fasilitas umum yang masih kurang. Melalui proses analisis diperoleh poin-poin pembahasan analisis yang meliputi: 1) Analisis perhitungan indeks tidak layak huni (ITLH), berdasarkan aspek sosial diperoleh ITLH 2,57 (rentan tidak layak huni), aspek fisik lingkungan diperoleh ITLH 2,46 (rentan tidak layak huni) dan aspek fisik bangunan diperoleh: 17 rumah tidak layak huni (3 dipertahankan dengan dilakukan renovasi) dan 14 rumah dinyatakan rentan tidak layak huni (5 dipertahankan), ditambah 3 bangunan umum yang dipertahankan. 2) Analisis tipologi penghuni (pekerja di kios ban, pemulung, pedagang, tukang becak, satpam), 3) Analisis tata ruang luar dan tata ruang dalam, 4) Analisis perhitungan macam besaran ruang, 5) Analisis sistem bangunan, 6) Analisis penampilan bangunan. Sebagai hasil dari analisis maka diperoleh model rekomendasi sebagai guide line perancangan, yaitu: 1) Gubahan masa hunian diatur dengan pola linier, 2) Pola jalan linier dan sistem parkir dikelompokkan dalam satu area, 4) Orientasi bangunan diarahkan kebagian yang paling aksesibel dengan mengarah kebagian umum yang berperan sebagai pengikat hunian, 5) Vegetasi yang digunakan adalah pohon randu, bambu, ketapang, pisang, kelapa, jambu, tanaman hias, perdu, dan rumput gajah, 6) Luas lahan 2000 m2, luas fasilitas umum 381 m², dan luas hunian 1222 m , 7) Bentuk atap pelana, kemiringan 45°, bahan penutup atap genteng 8) Dinding terbuat dari bilik bambu dan kolom dari kayu pohon kelapa, 9) Lantai terbuat dari semen dengan ketinggian 20 cm, 10) Pondasi umpak, batukali, dan tiang pancang digunakan berdasarkan daya dukung lahan, 11) Saluran drainase berbentuk trapesium, lebar 2 m, dalam 0,8 m, 12) Sumber air bersih diperoleh dari PDAM, sumur, dan sumber mata air, 13) Sistem pembuangan air limbah dialirkan ke sungai dan terpisah dengan pembuangan air hujan, 14) Sampah dikumpulkan secara komunal keTPS kermudian diangkut oleh petugas ke.TPA, 15) Terdapat 11 unit bangunan yang dipertahankan sebagai konstanta.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectStudi Perilaku Penghunien_US
dc.subjectPermukiman Ledok Gondolayuen_US
dc.subjectKali Code Jogjakartaen_US
dc.subjectMendapatkan Disain Tata Ruangen_US
dc.subjectRumah Tinggal Layak Hunien_US
dc.titleStudi Perilaku Penghuni pada Permukiman Ledok Gondolayu Kali Code Jogjakarta untuk Mendapatkan Disain Tata Ruang Rumah Tinggal yang Layak Hunien_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record