Fasilitas Apresiasi Cerita Rakyat Nusantara di Kawasan Wisata Candi Prambanan Ungkapan Citra Visual Melalui Pendekatan Preseden Arsitektur Candi Prambanan
Abstract
Di era globalisasi sekarang ini, persaingan cerita-cerita yang beredar di masyarakat pada saat
ini sangat bervariasi, sehingga keberadaan cerita rakyat menjadi tergeser. Dengan tergesernya
keberadaan cerita rakyat ini sangat dikhawatirkan akan menurunnya juga generasi-generasi yang
diharapkan dapat mempertahankan keberadaan dari cerita rakyat. Melihat fenomena tersebut dan
adanya potensi yang dimiliki kota Jogjakarta, maka ditempatkan suatu wadah yang berupa Fasilitas
Apresiasi Cerita Rakyat Nusantara yang dapat digunakan sebagai sarana informatif untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang cerita rakyat. Citra bangunan Fasilitas Apresiasi Cerita Rakyat
Nusantara seyogyanya dikembangkan dari satu dasar yang erat berhubungan dengan cerita rakyat,
dalam hal ini adalah melalui Candi Prambanan yang memiliki runutan cerita yang mendukung terjadinya
candi tersebut.
Untuk mendapatkan citra bangunan tersebut maka perlu melakukan pendekatan teoritis
maupun faktual. Pendekatan tersebut dilakukan mulai dari pembahasan mengenai prinsip-prinsip
preseden, unsur-unsur yang ada pada arsitektur candi maupu hal-hal yang berkaitan dengan citra visual
bangunan. Pendekatan/tinjauan teoritis non arsitektural dilakukan dari tahapan-tahapan proses preseden
dan karakteristik candi secara terperinci sampai dengan pelaku yang terkait dengan proses tersebut.
Pendekatan perancangan Fasilitas Apresiasi Cerita Rakyat Nusantara ini disusun dengan
menginterpretasikan preseden arsitektur Candi Prambanan. Candi tersebut dijadikan jembatan bagi
perancangan Fasilitas Apresiasi Cerita Rakyat Nusantara dengan mempelajari unsur-unsur candi yang
yang akan dijadikan acuan preseden. Unsur-unsur tersebut adalah elemen kepala-badan-kaki candi
diterapkan pada bentuk bangunan, simetri candi diterapkan pada simetri tampak bangunan, hierarki
diterapkan pada pencapaian dan sirkulasi, pola massa candi diterapkan pada penzoningan dan pola
massa bangunan.
Dari analisa akan menghasilkan konsep fata ruang luar dan tata ruang dalam, yaitu ; konsep
penzoningan untuk membedakan letak ruang-ruang yang publik (hall, pameran, diorama, dll), semiprivat
(pertemuan, latihan, dll) dan privat (pertunjukan, audivisual), konsep pola massa bangunan yang
mengkombinasikan massa yang kecil dan massa yang besar, konsep orientasi bangunan yang mengarah
ke Timur dan Selatan, konsep pencapaian dan sirkulasi yang memisahkan jalur antara pengunjung
dengan pengelola, konsep bentuk bangunan dan konsep penampilan bangunan yang mengadopsi
unsure kepala-badan-kaki. Konsep suasana ruang yang apresiatif yang mengolah beberapa elemen
ruang (lantai, proprsi-skala, warna, teksture dan pencahayaan).
Collections
- Architecture [3648]