Show simple item record

dc.contributor.authorTurino, 95340059
dc.date.accessioned2020-06-08T10:31:43Z
dc.date.available2020-06-08T10:31:43Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/21152
dc.description.abstractPropinsi daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk sesuai basil registrasi penduduk tahun 1994 sebesar 3.124.286 jiwa, sedangkan tingkat kepadatan rata-rata 980/km² sehingga melampaui kemampuan daya dukung lingkungan untuk Pulau Jawa 700 jiwa/km². Lahan pertanian yang ada semakin berkurang karena berbagai tuntutan perkembangan jaman seperti untuk pendirian pabrik, permukiman dan lain sebagainya sehingga produksi pangan juga berkurang. Sementara itu diluar Pulau Jawa lahan pertanian banyak yang masih tidur karena tidak tersedia sumber daya manusia yang akan mengolahnya. Melalui transmigrasi sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut selain untuk pemerataan penduduk untuk mempercepat Pembangunana Nasional. Minat masvarakat Yogyakarta sebenarnya cukup tinggi, tiap tahun rata-rata ± 20 000 KK yang berminat untuk mengikuti transmigrasi dengan berbagai jenis transmigrasi. Namun karena kurangnya sarana dan prasarana penunjang sehingga para calon transmigran sering kali tidak siap diberangkatkan karena kurangnya bekal baik penugtahuan maupun keterampilan yang diperlukan dilokasi transmigran. Perencanaan sarana penampungan calon transmigran, pelatihan calon transmigran serta pelayanan informasi kepada masyarakat mengenai transmigrasi berupa wisma transito transmigran dengan lokasi berada di Kabupaten Sleman dengan tapak terletak pada kawasan pertanian. Alasan dipilihnya tapak tersebut adalah mudah dijangkau jauh dari keramaian kota, ketersediaan lahan pertanian jaringan utilitas yang baik "serta" jaringan transmportasi yang memadahi. Berdasar kegiatan, maka wisma transmito transmigran ini direncanakan dapat menggabungkan antara kegiatan penampungan, pelatihan dan pelayanan informasi kepada masyarakat ke dalam satu bentuk kegiatan fungsi yang menyatu dan membentuk keserasian kegiatan. Agar integrasi antar ruang dapat dicapai maka diperlukan pengolahan lay out ruang yang baik pada ruang dalam maupun ruang luar dengan baik. Konsep yang digunakan untuk perencanaan wisma transito transmigran tersebut adalah dengan pertimbangan pengolahan lay out ruang, baik ruang dalam maupun ruang luar berdasarkan kegiatannya untuk mendapatkan bentuk sirkulasi, organisasi ruang, bentuk ruang dan gubahan massanya, sehingga dapat mewadahi tiga fungsi yang berbeda yaitu penampungan, pelatihan dan pelayanan informasi. Adanya keterkaitan fungsi-fungsi yang saling mendukung, dapat menampilkan karakter keterbukaan pada bangunan sehingga terdapat interaksi antara bangunan dan lingkungannya. Sirkulasi yang integrated diwujudkan melalui penggabungan antara pola sirkulasi linier dengan pola sirkulasi grid untuk kemudahan dan kelancaran kegiatan dalam wisma transito. Organisasi ruang yang diwujudkan melalui konfigurasi ruang yang saling terkait sehingga terdapat ruang bersama untuk interaksi antar kegiatan. Adapun integrasi bentuk ruang dan gubahan masa dipilih pola gubahan Asimetris namun masih berkesan seimbang, untuk memberikan kebebasan dan keleluasaan gerak pelaku kegiatan dalam wisma transito transmigran.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectWisma Transito Transmigranen_US
dc.subjectDaerah Tingkat Ien_US
dc.subjectPropinsi Daerah Istimewa Yogyakartaen_US
dc.titleWisma Transito Transmigran Daerah Tingkat I Propinsi Daerah Istimewa Yogyakartaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record