Wisma Transito Transmigran Daerah Tingkat I Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Abstract
Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk sesuai basil
registrasi penduduk tahun 1994 sebesar 3.124.286 jiwa, sedangkan tingkat kepadatan
rata-rata 980/km² sehingga melampaui kemampuan daya dukung lingkungan untuk
Pulau Jawa 700 jiwa/km². Lahan pertanian yang ada semakin berkurang karena berbagai
tuntutan perkembangan jaman seperti untuk pendirian pabrik, permukiman dan lain
sebagainya sehingga produksi pangan juga berkurang. Sementara itu diluar Pulau Jawa
lahan pertanian banyak yang masih tidur karena tidak tersedia sumber daya manusia
yang akan mengolahnya. Melalui transmigrasi sebagai upaya untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut selain untuk pemerataan penduduk untuk mempercepat Pembangunana Nasional.
Minat masvarakat Yogyakarta sebenarnya cukup tinggi, tiap tahun rata-rata ±
20 000 KK yang berminat untuk mengikuti transmigrasi dengan berbagai jenis
transmigrasi. Namun karena kurangnya sarana dan prasarana penunjang sehingga para
calon transmigran sering kali tidak siap diberangkatkan karena kurangnya bekal baik
penugtahuan maupun keterampilan yang diperlukan dilokasi transmigran.
Perencanaan sarana penampungan calon transmigran, pelatihan calon
transmigran serta pelayanan informasi kepada masyarakat mengenai transmigrasi berupa
wisma transito transmigran dengan lokasi berada di Kabupaten Sleman dengan tapak
terletak pada kawasan pertanian. Alasan dipilihnya tapak tersebut adalah mudah
dijangkau jauh dari keramaian kota, ketersediaan lahan pertanian jaringan utilitas yang
baik "serta" jaringan transmportasi yang memadahi. Berdasar kegiatan, maka wisma
transmito transmigran ini direncanakan dapat menggabungkan antara kegiatan
penampungan, pelatihan dan pelayanan informasi kepada masyarakat ke dalam satu
bentuk kegiatan fungsi yang menyatu dan membentuk keserasian kegiatan. Agar
integrasi antar ruang dapat dicapai maka diperlukan pengolahan lay out ruang yang baik
pada ruang dalam maupun ruang luar dengan baik.
Konsep yang digunakan untuk perencanaan wisma transito transmigran tersebut
adalah dengan pertimbangan pengolahan lay out ruang, baik ruang dalam maupun ruang
luar berdasarkan kegiatannya untuk mendapatkan bentuk sirkulasi, organisasi ruang,
bentuk ruang dan gubahan massanya, sehingga dapat mewadahi tiga fungsi yang
berbeda yaitu penampungan, pelatihan dan pelayanan informasi. Adanya keterkaitan fungsi-fungsi yang saling mendukung, dapat menampilkan karakter keterbukaan pada
bangunan sehingga terdapat interaksi antara bangunan dan lingkungannya. Sirkulasi
yang integrated diwujudkan melalui penggabungan antara pola sirkulasi linier dengan
pola sirkulasi grid untuk kemudahan dan kelancaran kegiatan dalam wisma transito.
Organisasi ruang yang diwujudkan melalui konfigurasi ruang yang saling terkait
sehingga terdapat ruang bersama untuk interaksi antar kegiatan. Adapun integrasi bentuk
ruang dan gubahan masa dipilih pola gubahan Asimetris namun masih berkesan
seimbang, untuk memberikan kebebasan dan keleluasaan gerak pelaku kegiatan dalam
wisma transito transmigran.
Collections
- Architecture [3658]