Pusat Perdagangan Batik Jawa di Yogyakarta sebagai Pusat Sarana Perdagangan, Promosi dan Informasi Batik Jawa
Abstract
Kondisi Perdagangan Batik Jawa menurut pegamat Batik Jawa saat ini
mengalami kemerosotan dibanding beberapa tahun lalu sebelum krisis
moneter, menurunnya jumlah eksport batik juga berkait dengan sistem
pemasaran yang dipakai para pengusaha batik yang mempertahankan usaha
produk ekonomi seni dan budaya karena biaya untuk memasarkan melalui
pameran dirasa sangat berat untuk pengusaha kecil apalagi hingga ke
manca negara sehingga melalui strategi pemasaran Sales Marketing yang
tetap dan terpusat disatu tempat diharapkan pedagangan batik jawa mulai
bangkit karena konsumen besar tidak repot untuk mendapatkan segala hal
mengenai produk batik dari seluruh Jawa secara otomatis akan melestarikan batik Jawa itu sendiri karena antar produsen saling memacu meningkatkan
kualitas dan kuantitas. Selain itu menurut pengamat dan pecinta batik
keanekaragaman batik harus sudah mulai di bukukan agar menjadi informasi
yang penting dalam melacak kekayaan batik Jawa sebagai modal seni dan
budaya tanah air oleh karena itu seluruh issue dan ide tersebut dituangkan
dalam sebuah Pusat Perdagangan Batik Jawa yang mengambil lokasi di
Yogyakarta mengingat potensi Yogyakarta yang sangat bagus terhadap
hadirnya bangunan tersebut sebagai pusat perdagangan, promosi dan
informasi Batik Jawa.
Permasalahannya adalah bagaimana bentuk dan citra bangunan sebagai
Identitas estetika yang mengekspresikan Batik Jawa dan bagaimana pula
tata ruang sebuah bangunan komersil yang efektif.
Semua itu dijawab secara berurutan dimulai dengan mengeksplorasi teori
dan data tentang estetika identitas pada teori ekspresi representasi yang estetis identity dan prinsip pembentuknya yaitu dengan eksplorasi motif batik yang mamou menjadi imaji sebuah pusat perdagangan batik jawa yang sebelumnya didahului dengan studi banding pada bangunan Pampidou Centre atas ekspresinya yang identik dengan muatannya. Kemudian keefektifan tata ruang pada bangunan komersil yang dibahas dengan mengawali studi banding pada MidPlaza dan PRPP yang dilengkapi dengan pembahasan teori efektifitas tata ruang dari OK Ching, Peter B. Brandt, Cornelis van de Ven serta Neufert dan Patricia Tutt yang digabung menjadi satu untuk memperkuat strategi penataan ruang komersil yang efektif.
Collections
- Architecture [3718]