Konservasi Benteng Vastenburg Sebagai Pengembangan Kebudayaan Di Surakarta Penekanan Pada Performance Bangunan Yang Rekreatif Dan Kontekstual Dengan Lingkungan
Abstract
Surakarta sebagai kota industri, perdagangan dan kebudayaan merupakan
pengembangan Jawa Tengah yang diharapkan menjadi pintu gerbang pariwisata
Intemasional Jawa Tengah. Dengan potensi kebudayaan yang cukup banyak maka
Surakarta berpeluang untuk lebih meningkatkan kepariwisataannya yang saat ini
sedang terpuruk.
Benteng Vastenburg sebagai salah satu bangunan peninggalan Kolonial
Belanda di Surakarta mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tempat
perkembangan kebudayaan mengingat lokasinya yang sangat strategis. Benteng
vastenburg merupakan salah satu bangunan peninggalan bersejarah yang
merupakan prioritas I penanganan bangunan konseravasi di Surakarta. Benteng
Vastenburg terletak di lingkungan bangunan konservasi mempunyai lahan yang
cukup luas sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai sarana rekreasi
kebudayaan yang diharapkan menjadi magnet wisatawan-untuk datang ke
Surakarta.
Dalam perencanaan Pusat kebudayaan ini menerapkan prinsip rekreatif,
dimana akan ditemukan berbagai sarana pengembangan kebudayaan yang
rekreatif dengan dipadukan oleh adanya sarana perdagangan rakyat sebagai
akomodasi penunjang.
Penekanan perencanan pusat pengembangan kebudayaan ini yaitu pada
pengolahan perfomance bangunan yang rekreatif dan kontekstual dengan
Iingkungan kolonial kawasan Jalan Jendral Sudirman. Yang tercakup dalam
perencanaan perfonnance bangunan disini adalah penataan tata ruang dan
penampilanl fasade bangunan yang diciptakan rekreatif dan kontekstual dengan
bangunan kolonial disekitamya.
Konsep yang ingin ditetapkan pada perencanaan pusat, kebudayaan ini
adalah menciptakan karakter rekreatif dengan menciptakan keanekaragaman
bentuk/massa bangunan, bahan/finishing dan ornamentasi bangunan, yang dipadu
dengan komposisi beberapa pola ruang dan terbetuknya sistem/arah yang jelas
sehingga akan menciptakan sarana rekreasi yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Untuk menciptakan karakter rekreatif juga dibuat sarana
kebudayaan dengan kompleksitas yang cukup tinggi, diantaranya
sarana/panggung pertunjukan kesenian indoor, sarana pertunjukan kesenian
outdoor/panggung terbuka, museum perjuangan, galeri kesenian, sanggar
kesenian, workshop kerajinan khas Solo, dan sarana perdagangan rakyat. Selain
karakter rekreatif juga digunakan konsep bangunan kolonial yang diambil dari
typologi bangunan-bangunan kolonial di Kawasan Jalan Jendral Sudirman agar
tercipta kesinambungan dengan lingkungan sekitar, diantaranya konsep simetris,
monumental dan pengembangan ornamentasi sebagai pembentuk fasade.
Konsep perencanaan Pusat kebudayaan ini diharapkan mampu
menciptakan sebuah sarana rekreasi kebudayaan yang banyak diminati wisatawan
baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, sehingga akan
memicu perkembangan pariwisata di Surakarta.
Collections
- Architecture [3658]