Show simple item record

dc.contributor.authorDini Andriani, 95340081
dc.date.accessioned2020-04-23T09:48:03Z
dc.date.available2020-04-23T09:48:03Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/19696
dc.description.abstractWayang sebagai karya budaya nenek moyang bangsa Indonesia, berkembang sejak Indonesia pada zaman pra sejarah hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya. Indonesia sendiri memiliki berbagai wayang dan berbagai daerah, misal : Jawa, Madura, Bali, Lombok, ditambah beberapa dan Sumatera. Dalam perkembangan seni pewayangan, wayang tidak terlepas dan perjalanan sejarah, dimana pada masa tertentu keberadaan wayang berbeda-beda dalam hal ini dapat dilihat dan bahan, jenis, serta centa wayang. Dan dalam upaya pelestarian wayang, pembahasan ini di fokuskan pada pelestarian yang berhubungan dengan wayangnya sendiri dan bukan dan kegiatannya sendiri dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan pementasan, sehmgga sebagai wadah yang tepat diperlukan suatu museum. Sebagai latar belakang sehmgga terpilihnya Museum wayang di Yogyakarta adalah karena Yogyakarta dengan predikat sebagai kota seni dan budaya, yang sekaligus menjadi andalan usaha kepariwisataan memberikan banyak peluang bagi pengembangan kepariwisataan yang berkaitan dengan wayang, hal ini terbukti dengan adanya pusat - pusat pagelaran wayang dan pusat kerajinan wayang di Yogyakarta. Dan dalam upaya pelestarian wayang maka diperlukan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan didalamnya, dalam hal ini adalah museum wayang. Namun fungsi museum tidak hanya sebagai tempat penyimpanan benda - benda bersejarah saja tetapi menyangkut masalah penataan/ penyajian materi koleksi yang dapat memudahkan pengunjung dalam memahami obyek koleksi dan wayang itu sendiri. Dan dalam hal ini sirkulasi berperan penting dalam mendukung penyajian materi koleksi tersebut. Sebagai permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penyajian materi koleksi yang didukung oleh pola sirkulasi sehingga mampu menunjang proses penyampaian informasi. Tujuan dari penulisan ini adalah mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan sirkulasi dalam ruang pamer yang dapat mendukung penyajian materi koleksi. Sebagai pembahasan dan permasalahan yang diangkat adalah Penyajian materi koleksi yang dapat memudahkan pengunjung yaitu penyajian yang didasarkan pada urutan sejarah wayang itu sendiri, maupun pada jenis materinya. Dan pada museum wayang ini pembagian penyajiannya adalah sebagai berikut : Ruang PamerAmenampilkan urutan pewayangan berdasarkan periodisasinya, Ruang Pamer B menampilkan tokoh - tokoh pewayangan, Ruang Pamer C menampilkan alat - alat pementasan pewayangan dan pada ruang D menampilkan alat - alat penunjang pementasan pewayangan, dengan penyajian seperti ini diharapkan terjadi pemahaman pengunjung terhadap obyek yang dipamerkan dan didukung dengan pola sirkulasi yang membenkan kejelasan arah yang harus dituju dalam memahami obyek pamer. Dan penyajian pada ruang pamer A, B, C, D adalah penyajian dengan penggunaan lemari kotak/vitrine, kotak alas/vootsteekt, adalah penyajian yang sejajar dengan dinding. Sedang pola sirkulasi primer dan ruang A, B, C, D, adalah sirkulasi linear yang menerus dan berurutan, sedang sirkulasi sekunder pada tiap ruang adalah : Ruang A, merupakan sirkulasi linear yang berkesinambungan dalam artian memberi arahan kepada pengunjung untuk melewati jalur sirkulasi sesuai dengan pola penyajian materi koleksi berdasar urutan sejarah, Pada ruang Pamer B, C, dan D sirkulasi yang terjadi adalah sirkulasi linear yang bercabang pada tiap - tiap focus amatan, yaitu terhadap obyek koleksi, sehingga disini terjadi kebebasan terhadap pengunjung untuk memilih obyek mana terlebih dahulu untuk dapat diamati pertamakali dimana berbeda dan ruang pamer A, yang memaksa pengunjung untuk mengikuti pola sirkulasi yang ada yaitu disesuaikan dengan penyajian materi koleksi berdasar urutan sejarahnya tersebut. Dan dalam menikmati obyek koleksi, dalam/ diluar jalur sirkulasi disediakan ruang relaksasi sebagai pelepas lelah setelah menikmati obyek yang terlalu banyak dan monoton, seingga diharapkan dengan adanya ruang relaksasi memberikan suasana baru untuk dapat memulai kembali dalam menikmati obyek koleksi. Dan dalam museum wayang ini juga didukung dengan fasilitas penunjang museum berupa perpustakaan, ruang pertemuan, workshop, dan fasilitas penunjang lainnya. Sehingga diharapkan museum wayang yang ada nantinya mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam hal budaya wayang tersebut sebagai salah satu hasil budaya yang bernilai tinggi.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectMuseum Wayang di Yogyakartaen_US
dc.subjectPendekatan pada Pola Sirkulasien_US
dc.subjectMendukung Penyajian Materi Koleksien_US
dc.titleMuseum Wayang di Yogyakarta Pendekatan pada Pola Sirkulasi yang Mendukung Penyajian Materi Koleksien_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record