Museum Wayang di Yogyakarta Pendekatan pada Pola Sirkulasi yang Mendukung Penyajian Materi Koleksi
Abstract
Wayang sebagai karya budaya nenek moyang bangsa Indonesia, berkembang sejak Indonesia
pada zaman pra sejarah hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya. Indonesia sendiri memiliki
berbagai wayang dan berbagai daerah, misal : Jawa, Madura, Bali, Lombok, ditambah beberapa dan
Sumatera.
Dalam perkembangan seni pewayangan, wayang tidak terlepas dan perjalanan sejarah,
dimana pada masa tertentu keberadaan wayang berbeda-beda dalam hal ini dapat dilihat dan bahan,
jenis, serta centa wayang. Dan dalam upaya pelestarian wayang, pembahasan ini di fokuskan pada
pelestarian yang berhubungan dengan wayangnya sendiri dan bukan dan kegiatannya sendiri dalam hal
ini adalah yang berhubungan dengan pementasan, sehmgga sebagai wadah yang tepat diperlukan
suatu museum.
Sebagai latar belakang sehmgga terpilihnya Museum wayang di Yogyakarta adalah karena
Yogyakarta dengan predikat sebagai kota seni dan budaya, yang sekaligus menjadi andalan usaha
kepariwisataan memberikan banyak peluang bagi pengembangan kepariwisataan yang berkaitan dengan
wayang, hal ini terbukti dengan adanya pusat - pusat pagelaran wayang dan pusat kerajinan wayang di
Yogyakarta.
Dan dalam upaya pelestarian wayang maka diperlukan suatu wadah yang dapat menampung
kegiatan didalamnya, dalam hal ini adalah museum wayang. Namun fungsi museum tidak hanya sebagai
tempat penyimpanan benda - benda bersejarah saja tetapi menyangkut masalah penataan/ penyajian
materi koleksi yang dapat memudahkan pengunjung dalam memahami obyek koleksi dan wayang itu
sendiri. Dan dalam hal ini sirkulasi berperan penting dalam mendukung penyajian materi koleksi
tersebut. Sebagai permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penyajian materi koleksi yang
didukung oleh pola sirkulasi sehingga mampu menunjang proses penyampaian informasi. Tujuan dari
penulisan ini adalah mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan sirkulasi dalam ruang pamer
yang dapat mendukung penyajian materi koleksi.
Sebagai pembahasan dan permasalahan yang diangkat adalah Penyajian materi koleksi yang
dapat memudahkan pengunjung yaitu penyajian yang didasarkan pada urutan sejarah wayang itu
sendiri, maupun pada jenis materinya. Dan pada museum wayang ini pembagian penyajiannya adalah
sebagai berikut : Ruang PamerAmenampilkan urutan pewayangan berdasarkan periodisasinya, Ruang
Pamer B menampilkan tokoh - tokoh pewayangan, Ruang Pamer C menampilkan alat - alat pementasan
pewayangan dan pada ruang D menampilkan alat - alat penunjang pementasan pewayangan, dengan
penyajian seperti ini diharapkan terjadi pemahaman pengunjung terhadap obyek yang dipamerkan dan
didukung dengan pola sirkulasi yang membenkan kejelasan arah yang harus dituju dalam memahami
obyek pamer.
Dan penyajian pada ruang pamer A, B, C, D adalah penyajian dengan penggunaan lemari
kotak/vitrine, kotak alas/vootsteekt, adalah penyajian yang sejajar dengan dinding. Sedang pola
sirkulasi primer dan ruang A, B, C, D, adalah sirkulasi linear yang menerus dan berurutan, sedang
sirkulasi sekunder pada tiap ruang adalah : Ruang A, merupakan sirkulasi linear yang berkesinambungan
dalam artian memberi arahan kepada pengunjung untuk melewati jalur sirkulasi sesuai dengan pola
penyajian materi koleksi berdasar urutan sejarah, Pada ruang Pamer B, C, dan D sirkulasi yang terjadi
adalah sirkulasi linear yang bercabang pada tiap - tiap focus amatan, yaitu terhadap obyek koleksi,
sehingga disini terjadi kebebasan terhadap pengunjung untuk memilih obyek mana terlebih dahulu
untuk dapat diamati pertamakali dimana berbeda dan ruang pamer A, yang memaksa pengunjung untuk
mengikuti pola sirkulasi yang ada yaitu disesuaikan dengan penyajian materi koleksi berdasar urutan
sejarahnya tersebut.
Dan dalam menikmati obyek koleksi, dalam/ diluar jalur sirkulasi disediakan ruang relaksasi
sebagai pelepas lelah setelah menikmati obyek yang terlalu banyak dan monoton, seingga diharapkan
dengan adanya ruang relaksasi memberikan suasana baru untuk dapat memulai kembali dalam menikmati
obyek koleksi.
Dan dalam museum wayang ini juga didukung dengan fasilitas penunjang museum berupa
perpustakaan, ruang pertemuan, workshop, dan fasilitas penunjang lainnya. Sehingga diharapkan
museum wayang yang ada nantinya mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam hal budaya
wayang tersebut sebagai salah satu hasil budaya yang bernilai tinggi.
Collections
- Architecture [3659]