Show simple item record

dc.contributor.authorSeko Kaimuddin Haris, 97512184
dc.date.accessioned2020-04-21T06:12:23Z
dc.date.available2020-04-21T06:12:23Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/19596
dc.description.abstractPeningkatan jumlah penduduk di Kab. Buton dari tahun ketahun mengalami kenaikan, hal ini disebabkan oleh letak geografisnya yang merupakan daerah kepulauan dan kota pelabuhan yang memiliki sejarah budaya masa lalu serta potensial untuk dikunjungi. Seiring dengan hal tersebut diatas kebutuhan akan rumah tinggal, makanan pokok/kebutuhan sehari-hari, tempat untuk berekreasi pun ikut menjadi imbas dari peningkatan tersebut. Sehingga perlu adanya pemenuhan sarana dalam hal ini pasar Wameo yang menjadi jantung perdagangan di Kec. Betoambari. Pasar ini selain untuk pemenuhan kebutuhan, juga dapat meningkatkan perekonomian disekitarnya dan sebagai daerah rekreasi, dengan penekanan tampilan fisik berdasarkan pedekatan budaya, arsitektur tradisional dan adaptif dengan lingkungannya. Pasar Wameo terletak di Kec. Betoambari yang jaraknya dari pusat kota ± 2 Km dengan jarak tempuh ± 10 menit. Potensi yang menjadi daya tariknya adalah TPI dan tempat penjualan barang eks impor (sebagai pasar wisata) yang banyak dan sering dikunjungi setiap harinya baik oleh penduduk asli maupun para pendatang. Sebagai daerah yang memiliki warisan budaya, masyarakat asli sangat menjunjung tinggi dan menjaga keutuhan budaya tersebut, mis. dengan menggunakan bentuk-bentuk rumah adat pada bagian rumahnya yang berdasarkan tata cara dan norma-norma yang telah lama diterapkan oleh orang-orang terdahulunya. Ciri khas dari rumah adat Buton yang berbentuk panggung yaitu dengan atap pelana yang bersusun dua dan terdapat naga dan nanas diatasnya. Analisis dilakukan dengan wawancara kepada orang/pihak yang mengetahui pasti tentang sejarah Buton dan kondisi pasar Wameo, serta pengamatan langsung ketempat-tempat sejarah budaya dan pasar Wameo tersebut. Aspek kultural, aspek natural dan aspek visual, dijadikan sebagai patokan dalam menganalisis kondisi fisik ataupun non fisik budaya masyarakat Buton dan kondisi alam setempat, untuk mendapatkan konsep bentuk visual dan tata ruang. Konsep perencanaan dan perancangan bangunan pasar Wameo dengan fungsi sebagai TPI dan pasar wisata, juga sebagai tempat rekreasi pantai. Bentukan-bentukan yang digunakan berdasarkan hasil analisis, mis. dengan bentuk atap yang bersusun, bentuk dasarnya segi empat dan segi tiga, terdapat bukaan dengan repetisi, ekspose kolom sebagai kekuatan dari rumah panggung, dll.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectRe - Desain Pasar Wameoen_US
dc.subjectTPI dan Pasar Wisataen_US
dc.subjectKab. Buton - Sulawesi Tenggaraen_US
dc.subjectTransformasi Bentuken_US
dc.subjectFilsafat Hidupen_US
dc.subjectMotto Masyarakat Butonen_US
dc.subjectBolimo karo somanamo lipuen_US
dc.titleRe - Desain Pasar Wameo sebagai TPI dan Pasar Wisata di Kab. Buton - Sulawesi Tenggara Berdasarkan Transformasi Bentuk dari Filsafat Hidup dan Motto Masyarakat Buton "Bolimo karo somanamo lipu"en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record