Evaluasi Lokasi Titik Sampling Debu Jatuh terhadap Lokasi Cerobong di PT Krakatau Steel
Abstract
PT. Krakatau Steel sebagai industri baja terbesar di Asia Tenggara yang
mempunyai tujuh pabrik utama, memiliki kecenderungan untuk menghasilkan bahanbahan
pencemar ke lingkungan sekitar, salah satunya debu jatuh.
Bertambahnya jumlah penduduk, kondisi transportasi dan vegetasi di lingkungan
sekitar pabrik mempengaruhi perubahan distribusi dan arah sebaran debu jatuh membuat
diperlukannya evaluasi titik pantau debu jatuh, dengan memperhatikan hal-hal diatas dan
kondisi awal kota Cilegon pada saat PT Krakatau Steel berdiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui frekuensi arah dan kecepatan angin terhadap sebaran debu jatuh yang
dikeluarkan dari cerobong PT. Krakatau Steel dan mengevaluasi titik lokasi sampling
terhadap lokasi cerobong PT. Krakatau Steel.
Metode penelitian ini meliputi pengambilan sampel debu jatuh pada 50 titik
sampling kemudian diambil 15 sampel dari 3 kawasan meliputi perkotaan, perkampungan
dan industri yang berat debunya melebihi baku mutu sebesar 20 ton/km²/bulan pada
kawasan industri dan 10 ton/km²/bulan pada kawasan pemukiman, sesuai PP No 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dimana sampel tersebut akan
dianalisa dengan spektrometri untuk unsur Mn total dan titrimetri untuk unsur Fe total.
Pengumpulan data meteorologi meliputi arah angin, kecepatan angin dan kelembapan,
yang digunakan untuk penentuan overlay arah dan jarak titik sampling serta untuk
pembuktian sebaran debu jatuh terhadap arah angin, juga menggunakan rumus distribusi
Gauss untuk penetuan arah dan jarak sebaran.
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi arah angin pada tahun 2002 cenderung
dari 180° - 0 °, tahun 2003 dari 225 ° - 0 °, tahun 2004 dari 270 ° - 90 ° dan tahun 2005
dari 22,5 ° - 45 °. Kecepatan rata-rata berkisar antara 2,1 m/s - 2,6 m/s pada tahun 2002 -
2005. Hasil pengukuran didapat berat debu dari masing-masing cerobong yaitu 3,65 g/m³
dari cerobong A; 59,66 g/m dari cerobong B; 13,37 g/m3 dari cerobong C; 91,65 g/m³
cerobong D; 78,16 g/m³ pada cerobong E; 24,56 g/m³ pada cerobong F dan 7,59 g/m³
pada cerobong G. Dengan dilakukannya perhitungan matematika menggunakan rumus
distribusi Gauss, didapat hasil yang akan dibandingkan dengan berat debu hasil
pengukuran diatas. Sehingga didapatkan delapan titik sampling yang perlu
dipertimbangkan untuk dipindah atau tetap yaitu nomor 1, 7, 40, 41, 46, 16, 2 dan 6, dua
titik sampling yang perlu dipindah yaitu nomor 8 dan 47, dan lima titik sampling yang
tetap dipergunakan yaitu nomor 3, 42, 13, 4 dan 5.
Collections
- Environmental Engineering [1430]