Show simple item record

dc.contributor.authorAulia Puspitasari, 00312112
dc.date.accessioned2020-02-05T03:56:22Z
dc.date.available2020-02-05T03:56:22Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/17933
dc.description.abstractKrisis ckonomi yang tei:iadi pada pertengahan tahun 1997 di Asia ternyata sangat mernpengaruh1 kondisi perekonomian di Indonesia. Terutama pad.a industri berbankan. Ada banyak hal yang te1jadin saat krisis melanda khususnya pada sektor perbankan nasional, antara lain: 1. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan di Indonesia menurun drastis. 2. Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat CAR sebelum krisis sebesar 8% sampai akhirnya Bank Indonesia menetapkan bcsaran CAR scbesar 4% sampai akhir tahun 2000. 3. Adanya negative spread'' Pada kondisi nonnal. walaupun bank menaikkan suku bunga simpanan tetapi suku bunga pinjaman tetap lebih besar dari suku bunga simpanan agar bank berada dalam kondisi laba. Namun sejak krisis melanda, suku bunga pmjaman tidak dapat dinaikkan melebihi suku bunga pinjaman karena pihak bank menilai jika suku bunga pinjaman lebih besar dari suku bunga simpanan, tidak akan ada yang mampu mengembalikan biaya dana yang terlalu tinggi. Sehingga konsekuensinya bank rugi dalam kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana. Dengan adanya kondisi perbankan yang memburuk. maka pemerintah melakukan program restrukturisasi keuangan dengan cara penambahan modal melalui program rekapitalisasi sebagai upaya mengatasi kesulitan dan kelangsungan usaha pada sebagian bank, salah satu bank umum yang harus melaksanakan program n:kapitalisasi adalah BNI. Program rekapitalisasi pemerintah sendiri seharusnya akan lehih haik jika dalam bentuk fresh fund dan selanjutnya fresh fund tersebut bisa dibelikan surat-surat berharga atau disalurkan lagi dalam bentuk pinjaman yang lancar. Namun karena bank peserta rekapitalisasi tidak sedikit. dan jumlah anggaran belanja yang terbatas maka injeksi modal dilakukan dengan penerbitan obligasi, sehingga pemerintah hanya membayar bunganya saja. Pelaksanaan rekapitalisasi sendiri dilakukan antara J uni 1999 sampai Juni 2000. Namun penerbitan ob[igasi pemerintah baru bisa terlaksana pada akhitr April 2000. Sehingga per tanggal 31 Desember 1999 alokasi sisa saham yang diarnbil pemerintah sebesar Rp. 52.561.000.000 untuk sementara dicatat dengan mendebet akun Piutang pada Pemermtah RI dan mengkredit akun Modal Saharn yang Dipesan. Penelitian ini dilaksanakan pada PT. BNI (Pcrscro) Tbk. Dcngan type penclitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi. Adapun data yng diperlukandalam penelitian ini adalah laporan keuangan pt!riode sebelum rekapitalisasi ( 1998) sampai laporan keuangan periode setelah rekapitalisasi (2000) Penelitian ini mengkomparasikan rasio keuangan seperti CAR, LOR, NIM, dan ROE sebelum dan sesudah rekapitalisasi, selanjutnya rasio-rasio tcrsebut digunakan untuk menilai tingkat kcsehatan BNI pasca rekap, Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan beberapa perubahan yang terjadi pada beberapa rasio yang kemudian dapat disimpulkan bahwa program rekapitalisasi sangat memepengaruhi tingkat kesehatan bank sesudahnya, ini terbukti dari meningkatnya predikat bank dari kondisi tidak sehat tahun 1999 dcngan CAR 34.30% menjadi kurang sehat tahun 2000 dengan CAR 61,62% (meskipun belum rnencapai kondisi sehat). namun setidaknya dilihat dari Laporan Laba;'Rugi bank tidak lagi mengalami kerugianen_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPengaruh Rekapitalisasien_US
dc.subjectTingkat Kesehatanen_US
dc.subjectPT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.en_US
dc.titlePengaruh Rekapitalisasi terhadap Tingkat Kesehatan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record