Show simple item record

dc.contributor.advisorMuhammad Iftironi, Ir., MLA.
dc.contributor.authorMuhammad Arief Maulana Akbar, 15512108
dc.date.accessioned2020-01-30T06:39:42Z
dc.date.available2020-01-30T06:39:42Z
dc.date.issued2019-11-16
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/17729
dc.description.abstractTasikmalaya ditunjuk sebagai tuan rumah PORDA 2022, untuk menyambut Pekan Olahraga Daerah perhelatan olahraga se-Jawa Barat maka dibutuhkan bangunan yang memberikan kesan yang tak terlupakan ketika mengujunginya. Salah satu caranya yaitu dengan menerapkan unsur budaya atau identitas lokal dari Tasikmalaya itu sendiri. Selain itu ramainya orang yang akan datang harus diimbangi dengan kapasitas bangunan yang memadai agar perhelatan bisa dinikmati dengan maksimal. Permasalahannya adalah bagaimana merancangan Sport Center yang menerapkan arsitektur metafora kedalam suatu bangunan yang dapat berkapasitas 30.000 orang untuk bangunan stadion sepakbola dan 5.000 orang untuk bangunan istora serta memunculkan identitas kebudayaan kota Tasikmalaya. Kebudayaan seni rupa Tasikmalaya seperti payung geulis, kelom, dan anyaman menjadi potensi yang akan digunakan untuk menjadi elemen-elemen pembentuk bangunan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka metode perancangan yang digunakan adalah arsitektur metafora yang akan mentranformasikan a. kelom menjadi pembentuk massa bangunan dengan cara dibagi menjadi 3 bagian dan diwujudkan dengan bagian tinggi adalah bangunan stadion, bagian melayang adalah selubung bangunan, dan bagian rendah adalah istora, b. payung geulis yang menjadikan bentuk tajuknya sebagai elemen atap dan bagian rangka menjadi elemen kolom dan balok bangunan c. anyaman akan digunakan untuk selubung bangunan. ABSTRAK Untuk menguji keberhasilan perancangan, uji desain dilakukan dengan uji image. Uji melibatkan 25 responden yang hasilnya adalah 52 % responden menyatakan bentuk massa bangunan adalah metafor daro kelom dan 48 % sisanya tidak. Sedangkan 60 % responden menyatakan atap bangunan adalah metafor dari payung geulis dan 40 % sisanya tidak. Untuk fasad bangunan 88 % responden menyatakan metafor dari anyaman dan 12% sisanya tidak. Hasil dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden mengetahui bahwa payung geulis, kelom, dan anyaman adalah kebudayaan Tasikmalaya dan telah dimunculkan pada elemenelemen bangunan.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectArsitektur Metaforaen_US
dc.subjectSport Centeren_US
dc.subjectStadion Sepakbolaen_US
dc.subjectIstoraen_US
dc.subjectKebudayaan Tasikmalayaen_US
dc.titlePERANCANGAN SPORT CENTER DI TASIKMALAYA PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA KEBUDAYAAN TASIKMALAYA SPORT CENTER DESIGN OF TASIKMALAYA WITH METAPHOR ARCHITECTURE OF TASIKMALAYA CULTUREen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record