PERANCANGAN FOOD COURT DI BANTARAN KALI LODJI, PEKALONGAN DENGAN PENDEKATAN EKOLOGI DESIGN IN FOOD COURT IN KALI LODJI RIVERBANK, PEKALONGAN WITH ECOLOGICAL APPROACH
Abstract
Batik telah menjadi komoditas utama di Pekalongan, setiap tahun diadakan Festival
Batik International, dengan adanya acara tersebut menambah pendapatan kota karena
banyaknya wisatawan domestik maupun manca negara. Pekalongan berkembang menjadi pusat
batik terbesar di Jawa. Di kota Pekalongan batik tumbuh menjadi sebuah industri yang makin
lama makin berorientasi komersial bukan lagi sekedar seni atau kriya. Batik Pekalongan
dipengaruhi oleh ide-ide dan warna-warna dari luar negeri termasuk dari Eropa dan lebih bebas
tidak terikat secara kuat dari pakem kraton. Pada tahun 1950, sentra-sentra pengrajin batik yang
dahulu merupakan pusat industri batik mulai bangkit kembali dan merambat sampai keluar
kota.
Di lain sisi, Kota Pekalongan yang mempunyai garis pantai sepanjang 6,15 km
merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki Pelabuhan Perikanan yang cukup besar
dengan type B, yang dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai pusat kegiatan
dan transaksi hasil tangkapan ikan. Hampir setengah penduduk krapyak berprofesi sebagai
nelayan yang menggantungkan hidupnya terhadap alam. Sehingga hal tersebut berbanding
terbalik dengan kasus yang sebelumnya. Sektor perikanan yang kini “tenggelam” jika dibanding
pada era 1990 hingga tahun 2002, yang produksi perikanan tangkapnya mampu mencapai 300
– 500 ton per hari, sedangkan kini hanya mampu sekitar 70 ton per hari. Menyebabkan
kesenjangan sosial yang nampak jelas di lapangan.
Dari dua kondisi kontras tersebut menarik untuk dibuatnya perencanaan daerah wisata
krapyak dari segi design bangunan, tipe perkampungan, hingga sistem bisnis yang akan
digunakan hal tersebut dapat menarik wisatawan untuk berkunjung sehingga menguntungkan
bagi penduduk itu sendiri. Tentunya dengan tidak melupakan issue-issue lingkungan yang
terjadi.