Pemakaian Geotekstil sebagai Perkuatan Tanah Lunak pada Badan Jalan
Abstract
Pada perencanaan konstruksi jalan, biasanya geotekstil digunakan bila daya
dukung lapis tanah dasarnya lemah. Fungsi utama penggunaan geotekstil di dalam
konstruksi jalan sebagai lapis pemisah (separation), tetapi di dalam metode
perancangannya geotekstil cenderung diasumsikan sebagai perkuatan
(reinforcement). Kemungkinan terjadi longsor pada setiap lereng selalu ada. Jadi
perlu dilakukan pemeriksaan atau penilaian terhadap lereng tersebut untuk
mengetahui apakah longsor atau tidak.
Untuk tinggi rencana urugan mula-mula dan ketebalan lapisan jalan dapat
dihitung dengan metode modifikasi AASHTO. Untuk metode Steward dkk (1977)
mempertimbangkan jumlah bekas roda yang akan terjadi di bawah tekanan yang
bekerja pada tanah dasar akibat beban lalu lintas, tanpa dan dengan separasi
geotekstil. Untuk pemeriksaan lereng digunakan metode insan dengan permukaan
gelincir yang diasumsi sebagai lengkung lingkaran.
Dengan perencanaan metode modifikasi AASHTO dan metode Steward dkk
(1977) tanpa dan dengan penggunaan geotekstil, didapat tebal lapisan pondasi
bawah dan tebal tanah timbunan yang berbeda. Di mana tebal lapisan pondasi
bawah tanpa penggunaan geotekstil sebesar 650 mm dan tebal tanah timbunan
tanpa penggunaan geotekstil sebesar 525 mm, sedangkan tebal lapisan pondasi
bawah dengan penggunaan geotekstil sebesar 620 mm dan tebal tanah timbunan
dengan penggunaan geotekstil sebesar 300 mm. Setelah lereng yang ada
didapatkan angka keamanannya maka kebutuhan geotekstil pada lereng dapat
dihitung.
Collections
- Civil Engineering [4192]