dc.description.abstract | Di Indonesia, sampai saat ini masih mengimpor bahan baku baterai kering
yaitu Amonium Klorida karena tidak adanya pabrik amonium klorida. Kebutuhan
yang sangat tinggi ini selalu dipenuhi dengan cara mengimpor amonium klorida.
Amonium klorida dapat diproduksi dengan mereaksikan amonium sulfat dengan
natrium klorida dengan suhu 100
C dan tekanan 1 atm. Reaksi berlangsung selama
0,4 jam dengan yield sebesar 95% serta keluaran produk berupa kristal dengan
kemurnian 99%.
Rancangan pabrik amonium klorida dibuat dengan kapasitas 60.000
ton/tahun dan beroperasi selama 330 hari selama 24 jam yang akan dibangun di
Gresik, Jawa Timur. Kebutuhan bahan baku amonium sulfat yang digunakan ialah
9.831,19 kg/jam bersumber dari PT Petrokimia. Sedangkan kebutuhan natrium
klorida ialah 8.617,93 kg/jam berasal dari PT. Unichem Candi Indonesia.
Kebutuhan air sebesar 322.630 kg/hari, kebutuhan listrik dipenuhi oleh PLN dan
memiliki cadangan sumber tenaga dengan menggunakan generator kapasitas 3500
kW, penyediaan pasokan pendukung seperti unit bahan bakar, unit penyedia udara
panas serta unit penyedia udara bertekanan juga diperlukan demi menunjang
keperluan pabrik.
Kelayakan pendirian pabrik kimia di Indonesia memiliki beberapa
parameter yang telah diperhitungkan dan mendapatkan nilai Return On Investment
(ROI) setelah pajak 14,40% hasil perhitungan Payment Out Time (POT) diperoleh
selama 4,5 tahun, nilai Break Even Point (BEP) sebesar 44.68% dan angka Shut
Down Point (SDP) sebesar 21,63%. Diperlukannya analisa keuntungan sebelum
mendirikan sebuah pabrik yaitu dengan menghitung total penjualan sebesar Rp
487,519,290,000,- dengan total production cost sebesar Rp 423.182.904.922,- dan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 38.601.831.047,- setelah dipotong pajak
sebesar 40%. | en_US |