dc.description.abstract | Simpang merupakan zona tempat terjadinya konflik pertemuan arah kendaraan. Tercatat pada Dinas Perhubungan Provinsi D.I.Yogyakarta mengatakan bahwa pertumbuhan kendaraan di Yogyakarta yaitu berkisar pada 140 ribu – 150 ribu kendaraan pertahunnya. Menurut data tercatat jumlah kendaraan roda 2 tahun 2016 sejumlah 71.566 unit, tahun 2017 meningkat 211% menjadi 222.915 unit. Sementara untuk kendaraan roda 4, tahun 2016 sejumlah 12.746 unit, tahun 2017 meningkat 344% menjadi 56.647 unit. Pertumbuhan kendaraan ini menyebabkan meningkatnya panjang antrian kendaraan dan membuat waktu tundaan semakin lama. Hal ini berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang terbuang akibat lamanya waktu tundaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja simpang bersinyal UPN, lalu mengetahui hubungan panjang antrian dan tundaan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM), dan mengusulkan perbaikan kepada simpang bersinyal UPN tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) dan teori LAPI-ITB (konsumsi bahan bakar). Simpang ini terdiri dari 4 lengan dan 4 fase waktu. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan cara survei langsung di lapangan. Bagian yang ditinjau adalah bagaimana kinerja simpang bersinyal tersebut dan hubungan panjang antrian dan lama waktu tundaan terhadap konsumsi bahan bakar minyak (BBM).
Berdasarkan hasil analisis, diketahui nilai derajat kejenuhan (DS) pada simpang bersinyal UPN lebih besar dari 0,85, yang menandakan simpang ini sudah dalam kondisi over saturated (lewat jenuh). Nilai tundaan rata-rata lebih besar dari 60, hal ini juga menandakan nilai tingkat pelayanan pada simpang UPN adalah F. Didapat total bahan bakar minyak (BBM) yang terbuang akibat panjang antrian dan lama waktu tundaan spada simpang UPN sebanyak 444,653 liter dengan total kerugian mencapai Rp.3.173.725. | en_US |