dc.description.abstract | Keberadaan Pusat Kebudayaan Melayu di Pontianak menjadi penting adanya ketika arus
globalisasi yang memperkuat akulturasi budaya tidak bisa terelakkan lagi dan mulai merubah
budaya masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya dan Pontianak khususnya. Pusat
Kebudayaan Melayu merupakan wadah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian
seni dan budaya Melayu. Oleh karena itu, bangunan ini secara tidak langsung harus bisa
memberikan gambaran kepada masyarakat akan budaya Melayu itu sendiri yang akan bisa
terlihat melalui citra visual bangunan. Citra visual bangunan ini ditransformasikan dari arsitektur
Melayu yang meliputi konsep hierarki, interaksi, sumbu, linier dan bentukan rumah panggung
serta tentu saja penggunaan ornamen Melayu yang akan mempertegas wajah Melayu pada tata
ruang dalam dan luar bangunan secara visual.
Massa bangunan Pusat Kebudayaan Melayu diwujudkan sebagai kompleks bangunan
yang diikat oleh open space untuk menunjukkan dan medukung adanya proses interaksi dan juga
oleh sumbu yang berorientasi pada jalan utama. Konsep zoning yang terdapat pada rumah
tradisional Melayu, dimana sifat ruang semakin ke bagian tengah akan semakin mulai diterapkan
dengan perletakan ruang untuk kegiatan utama pada bagian tengah dan kegiatan pendukung di
bagian samping dan belakang bangunan. Keutamaan bagian tengah bangunan ini juga
ditunjukkan oleh bentukan rumah panggung dan konsep hierarki, yaitu dengan perletakan ruang
utama yang lebih tinggi daripada massa bangunan untuk fungsi-fungsi pendukung dengan lantai
bagian bawah tidak dilingkupi dinding masif. Pada lansekap digunakan transformasi dari gerakan
dasar tarian Melayu, yaitu dengan adanya permainan tinggi rendah muka tanah, pengaturan
parkir yang berkelok-kelok (pola melenggang) dan linier serta pola entrance dan exit yang
berputar setengah lingkaran.
Pada tahap pengembangan perancangan Pusat Kebudayaan Melayu, konsep tersebut
ditransformasikan lebih detail. Bentukan panggung diciptakan dengan tidak diberikannya dinding
massif pada sebagian bagian bawah massa bangunan utama dan sebagian lagi menggunakan
dinding yang menjorok ke bagian dalam bangunan. Kolom-kolom seri (utama) terletak di bagian
tengah bangunan dan diapit oleh kolom-kolom yang non-seri. Atap yang digunakan merupakan
bentukan atap lontik dengan ornamen Melayu khas Kabupaten Pontianak System engsel
digunakan pada pintu dan jendela dengan ornamen Melayu yang menggunakan motif bunga
melati kombinasi pakis dan bunga kenanga sebagai benang merah pada desain pintu dan
jendela satu dengan yang lain serta penggunaan lantai yang dominan bermaterial kayu pada
interior bangunan. | en_US |