STUDI KESENJANGAN PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI
Abstract
Permasalahan dalam kecelakaan kerja pada pekerjaan konstruksi bisa terjadi karena beberapa
faktor salah satunya adalah pada sistem manajemen yang kurang baik. Namun demikian ada kontraktor
yang mempunyai sistem manajemen yang Keselamatan Kerja yang baik. Dengan demikian diperlukan
penelitian tentang Kesenjangan Penerapan Manajemen Keselamatan Kerja. Tujuan penelitian adalah
mengetahui kesenjangan elemen dari Manajemen Konstruksi serta mengetahui derajat kesenjangan yang
paling tinggi diantara elemen CSMS (Constuction Safety Management System).
Mengetahui kesenjangan untuk menganalisis penerapan CSMS (Construction Safety Management
System) pada perencanaan sistem keselamatan kerja konstruksi pada pekerjaan gedung yang dikerjakan
oleh Non BUMN dan BUMN merupakan target utama dalam pengumpulan data ini, dilakukan dengan
meyebarkan kuesioner terhadap 20 responden pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dari penilaian responden
tersebut diolah lagi dengan memberikan pertanyaan lagi kepada responden untuk dinilai oleh peneliti untuk
mengetahui penilaian dari setiap variabel yang terdiri dari dari 4 elemen yaitu Kebijakan Keselamatan
Kerja (A), Siklus Keselamatan Kerja (B), Subkontraktor, Inspeksi dan tanggapan (C), Pelatihan Praktik
Kerja Aman (D). Masing-masing elemen terdiri dari beberapa indikator. Indikator-indikator ini diberikan
penilaian berdasarkan bukti-bukti yang ada dari hasil kuesioner yang dijawab langsung oleh responden dan
berupa pertanyaan untuk penilaian skor yang ada dan juga data sekunder yang sudah tersedia dari masingmasing
perusahaan yang mengerjakan pekerjaan konstruksi tersebut.
Kesenjangan elemen dari manajemen konstruksi yang ada adalah menilai hasil kebijakan dan
komitmen manajemen perusahaan dengan baik, melakukan siklus keselamatan kerja dengan rutin dan
efisien, mulai dari siklus keselamatan harian, mingguan dan bulanan Sub Kontraktor, Inspeksi dan
tanggapan saling melakukan kesepakatan dengan cara menandatangani kesepakatan dari tingkat bawah
hingga mendapatkan Top management, melakukan pelatihan praktik kerja aman dengan benar untuk semua
pekerja di lingkungan konstruksi. Dari analisis gap yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pekerjaan
proyek yang dilakukan oleh Non BUMN dan BUMN dengan rata-rata rincian sebagai berikut: Non BUMN:
Kebijakan dan komitmen = 51%, Siklus keselamatan = 73%, Subkontraktor, Inspeksi dan tanggapan = 45%,
Pelatihan praktik kerja aman = 77%. BUMN: Kebijakan dan komitmen = 21%, Siklus keselamatan = 53,
Subkontraktor, Inspeksi dan tanggapan = 35%, Pelatihan praktik kerja aman = 35%.