DIPLOMASI MEDIASI TIONGKOK DI KAWASAN AFRIKA UTARA, STUDI KASUS: PROSES MEDIASI KONFLIK DI SUDAN SELATAN PADA TAHUN 2014-2018
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi proses mediasi Tiongkok pada perang saudara di Sudan Selatan. Terlibat dalam proses penyelesaian konflik merupakan hal yang baru dalam kebijakan luar Tiongkok. Komitmen Tiongkok terhadap prinsip non-intervensi yang mereka utarakan dalam ’five principle of peaceful coexistence’ mulai dipertanyakan seiring dengan keterlibatan Tiongkok dalam banyak penyelesaian konflik. Pada tahun 2018 Merics mengeluarkan sebuah laporan yang mengindikasikan adanya peningkatan jumlah intervensi Tiongkok dalam penyelesaian konflik sejak 2013. Tahun tersebut bertepatan dengan pengangkatan Xi Jinping sebagai presiden Republik Rakyat Tiongkok serta tahun peluncuran BRI. Penulis melihat bahwa keterlibatan Tiongkok dalam memediasi konflik Sudan Selatan berbasis pada kepentingan ekonominya di kawasan tersebut. Lebih lanjut, konflik yang terjadi antara pemerintah dengan pemberontak telah memberikan kecemasan bagi iklim investasi Tiongkok. Beberapa dialog dilakukan oleh Tiongkok untuk menjaga asetnya. Blok regional, IGAD juga memiliki peranan penting dalam penyelesaian konflik di Sudan Selatan. Sehingga peran IGAD dalam membantu penyelesaian konflik juga merupakan elemen penting dalam penelitian ini. Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi mengenai alasan Tiongkok dalam memediasi konflik di Sudan Selatan dan melihat perannya dalam proses mediasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi-mediation yang di tulis oleh Degang Sun dan Yahia Zoubir untuk menjelaskan peran dan alasan Tiongkok dalam memediasi konflik di Sudan Selatan pada tahun 2014-2018.
Collections
- International Relations [502]