Studi Perilaku dan Karakteristik Kegiatan Bermain Anak sebagai Dasar Perancangan Tata Ruang Taman Kanak-Kanak yang Rekreatif dan Edukatif
Abstract
Masa prasekolah adalah masa-masa penting bagi perkembangan anak, dimana anak mulai belajar
berbagai hal dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu untuk dapat mendukung berbagai
perkembangan anak diperlukan suatu wadah yang sesuai dengan karakter anak dan bersifat rekreatif dan
edukatif.
Sebagai kajian pustaka, penelitian ini mengacu kepada observasi dan penelitian yang dilakukan
oleh Mitsuru Senda (1922), menyatakan bahwa ruang bermain anak dapat diklasifikasikan dalam enam
kategori besar, yaitu : 1) Area bermain alami. 2) Ruang terbuka. 3) Jalanan. 4) Medan petualangan. 5)
Tempat bersembunyi . 6) Tempat bermain struktur. Penelitian lain dilakukan oleh Nurudin Hidayat
(2002), yang menyimpulkan bahwa ruang rekreatif dibentuk dengan memanfaatkan pengolahan karakter
arsitektural elemen alami berupa air, vegetasi, unsur binatang dan elemen arsitektural berupa warna,
tekstur, organisasi ruang, sirkulasi ruang dan skala ruang bagi anak-anak. Sedangkan landasan teori yang
dipakai adalah yang berhubungan dengan prilaku anak, perkembangan anak dan elemen ruang yang
mencakup bentuk, warna, skala dan tekstur.
Metode pengumpulan data adalah dengan pengamatan dan interview sebagian pelaku. Dalam hal
ini responden yang dipilih sebagai sampel adalah 35% guru dan 30% orang tua yang menunggu anak di
sekolah. Sampel tersebut dipilih dengan cara cluster random sampling. Kriteria yang menjadi tolak ukur
dalam pemilihan sampel di TK Budi Mulia yaitu para orang tua murid yang ikut menunggu anak selama
di sekolah minimal tiga hari dalam seminggu. Metode analisis yang digunakan adalah metode induktif,
yaitu permasalahan yang diperoleh akan diteliti kemudian dirumuskan sebagai rekomendasi untuk Taman
Kanak-kanak Budi Mulia 1 Jogjakarta.
Hasil survey menunjukkan fakta sebagai berikut : 1) Sarana bermain kurang mendukung. 2)
Jenis permainan monoton. 3) Interaksi dalam bermain masih kurang. 4) Sistem parkir tidak jelas. 5)
Bentuk masa kaku (tidak dinamis). 6) Warna ruang dominan dan kurang cerah. 7) Tata ruang luar belum
teratur.
Melalui proses analisis terhadap tata masa dan open space,bentuknya disesuaikan dengan pola
perilaku bermain dan karakter anak yang aktif dan dinamis, yaitu kombinasi dari bentuk-bentuk persegi
dan bentuk lingkaran, dimana tata masa menggunakan pola masa tunggal. Open space berupa ruang
bermain dikelompokkan menjadi satu area untuk memudahkan pengawasan. Agar tidak terjadinya pola
penyebaran parkir yang dapat mengganggu aktivitas bermain anak, maka sistem parkir dikelompokkan
menjadi satu area dengan luas 140 m2. Akses parkir dari entrance langsung menuju kebangunan sehingga
tidak mengganggu areakegiatan yang lain. Entrance untuk kendaraan dibuat terpisah dengan pejalan kaki
untuk keamanan dan kenyamanan penggunaan. Areaparkir dansirkulasi diberi perkerasan berupa paving
block dan diberi pepohonan sebagai pengarah dan peneduh. Untuk ruang dalam, agar kegiatan belajar
lebih efektif, ruang kelas dibagi dalam tigaareayaitu areadalam grup, areabelajar danareacerita dengan
luas 63 m2. Penggunaan warna ruang disesuaikan dengan jenis kegiatan dalam ruang (ruang kelas
menggunakan warna biru dan kuning, ruang bermain menggunakan warna merah dan oranye dan
perpustakaan menggunakan warna biru dan hijau). Tekstur penutup lantai juga disesuaikan dengan
karakter aktivitas dalam ruang (ruang kelas menggunakan keramik jenis semi-matt dengan permukaan
yang kasar sehingga aman bagi anak, ruang bermain menggunakan karet sintetis dengan warna dan corak
yang menarik, dan perpustakaan menggunakan karpet lembut dengan berbagai motif abjad, angka atau
gambar yang bersifat kreatif dan mendidik).
Collections
- Architecture [3648]