Sekolah Balap Roadrace dan Kartrace di Jogjakarta Karakter Pemberani sebagai Dasar Perwujudan Citra Bangunan
Abstract
Latar Belakang dari tugas akhir yang berjudul Sekolah Balap Roadrace dan
Kartrace ini antara lain karena sudah terbentuknya komunitas pengemar balap
roadrace dan kartrace, banyak even balap roadrace dan kartrace yang
diselenggarakan kemudian sudah masuknya roadrace sebagai salah satu cabang yang
dipertandingkan dalam PON 2004, belum adanya sekolah balap roadracing dan
karting di Indonesia serta yang paling penting untuk menciptakan keberlanjutan
generasi dibidang olahraga balap.
Pada sekolah balap ini diperlukan suatu citra yang dapat mengekspresikan
sifat orang yang beraktifitas di dalamnya agar bangunan mempunyai image yang
akan mempengaruhi sikap dan perilaku pemakai bangunan tersebut. Kebutuhan
dunia balap Indonesia saat ini adalah membutubkan figur-figur pembalap sejati,
seorang pembalap sejati salah satu karakternya adalah mempunyai karakter
pemberani. Permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana merancang sekolah balap
roadrace dan kartrace yang mampu mendukung pengembangan kemampuan dan
mental agar tercipta figur-figur pembalap sejati (umum) dan bagaimana merancang
sekolah balap roadrace dan kartrace dengan pendekatan karakter pemberani pada
perwujudan citra bangunan (khusus).
Tujuan dari perancangan ini adalah merancang bangunan sekolah balap
roadrace dan kartrace di Jogjakarta yang mendukung proses kegiatan belajar dan
mampu memenuhi kebutuhan dasar pelaku di dalamnya serta mampu mewujudkan
karakter pemberani pada citra bangunan. Sasaran yang akan dicapai dalam
perancangan antara lain merancang perwujudan fasade bangunan sekolah balap yang
mengekspresikan karakter pemberani dan merencanakan besaran ruang, macam
ruang dan tata ruang yang dibutuhkan sesuai dengan karakter sifat pemberani.
Dalam rancangan bangunan sekolah balap ini perancang mengunakan metoda
metafora sebagai bahasa bersifat perlambangan atau kiasan. Metafora adalah melihat
suatu bangunan dalam hubungannya dengan sebuah obyek yang menyerupai. Disini
perancang mengunakan metoda metafora abstrak (intangible metaphor) karena sifat
yang diekspresikan berupa sifat manusia (pemberani). Dalam mengkomunikasikan
ekspresi dengan cara visual yang ditampilkan dalam bangunan yaitu mengangkat
karakter-karakter tertentu (tegas) yang dimiliki oleh seorang pembalap sejati.
Pengungkapan ekspresi ini digunakan untuk memberikan suatu identitas kepada
bangunan.
Collections
- Architecture [3648]