Akustik Ruang yang Mendukung Metode Pembelajaran dengan Bernyanyi dan Audio Visual pada Raudhatul Athfal Al-Iklas Bulungan, Kalimantan Timur
Abstract
Raudhatul Athfal Al-lkhlas Bulungan, sebagai lembaga pendidikan pra sekolah yang
bernafaskan Islam, mempergunakan metode pembelajaran melalui bernyanyi dan audio visual
sebagai daya tarik sistem pembelajarannya. Tuntutan ini berkonsekuensi pada kenyamanan
akustik yang mendukung metode pembelajaran tersebut. Dengan demikian, bagaimana
kenyamanan auditori ruang kelas yang mendukung metode pembelajaran dengan bernyanyi
dan audio visual merupakan permasalahan penelitian yang perlu diformulasikan sebagai
konsep perancangan.
Suara bising baik itu berasal dari dalam maupun luar bangunan, luasan, bentuk dan
bahan-bahan pembetuk kelas, dimensi dan bahan bukaan, furniture serta vegetasi dan barier
pada exterior, merupakan parameter yang digunakan dalam pengumpulan data, yang
dilakukan dengan cara pengkuran dan pengamatan. Pengukuran dilakukan pada sumber-sumber
bising dengan mempergunakan alat sound level meter untuk mengetahui kuat bising
yang ditimbulkan. Sedangkan data yang berhubungan dengan bahan-bahan pembentuk ruang,
furniture vegetasi dan barrier dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mempergunakan rumus logaritma tingkat tekanan
suara dan rumus yang berhubungan dengan pengaruh penggunaan bahan pada elemen interior
dan furniture ruang kelas.
Dari hasil pengukuran lapangan diperoleh temuan, bahwa seluruh ruang kelas
menerima bising diatas ambang batas, dengan kesenjangan berkisar antara 18-23 dB dari
standar kebisingan yang diijinkan yaitu sebesar 45 dB. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dan quisioner kepada siswa dan guru yang merasakan adanya kelebihan tingkat
bising kelas.
Perbedaan tingkat bising suara yang berkisar antara 18-23 dB tersebut diolah dengan
cara menambahkan nilai insuli ( STC ) pembentuk ruang kelas, yang diimplikasikan pada
bahan-bahan pembentuk ruang yaitu pada dinding, bukaan, lantai dan plafon. Sedangkan
untuk suara yang ditimbulkan dari dalam bangunan agar terjadi penyebaran suara, diterapkan
melalui dua macam modifikasi layout ruang. Modifikasi diimplementasikan pertama, dengan
membongkar layout ruang yang saling berhadapan, agar suara dari ruang satu tidak
mengumpul di ruang lain, akan tetapi dialirkan langsung ke ruang terbuka. Kedua, dengan
memodifikasi bahan-bahan pembentuk ruang yang sudah ada. Bahan dinding yang
mempergunakan kayu diberi tambahan dengan lapisan fiber glass dan woll berongga dengan
finishing gypsum, yang berfungsi sebagai elemen akustik. Sedangkan untuk dimensi bukaan
tetap dipertahankan, hanya bahan kaca diganti dengan bahan yang lebih tabal. Modifikasi juga
dilakukan pada lantai kelas. Semula hanya mempergunakan tegel, kemudian diberi lapisan
karpet tebal. Selain berfungsi sebagai elemen akustik, penambahan karpet juga dikarenakan
alasan keamanan dan kenyamanan anak.
Collections
- Architecture [3648]