Batako Berkait sebagai Alternatif Material Dinding Pasangan
Abstract
Dinding tembok atau pasangan bata pada prinsipnya berfungsi sebagai
selimut/lapisan terluar dan membentuk pola/penyekat ruangan (fungsi nonstruktural),
tetapi pada bangunan sederhana (non engineering) dinding tembok
juga berfungsi untuk menahan beban atap (fungsi struktural). Sehingga pada
bangunan rumah sederhana dinding tembok berfungsi ganda yaitu fungsi
struktural dan fungsi non struktural.
Pada umumnya dinding tembok merupakan kombinasi dari dua bahan
penyusun, yaitu bata merah atau batako dan mortar sebagai bahan pengikat.
Pada saat terjadi "kegagalan tembok" kerusakan tidak hanya dialami oleh bata
tetapi juga pada mortarnya. Dari beberapa kejadian gempa di Indonesia,
kerusakan yang paling banyak terjadi pada dinding adalah kerusakan geser pada
dinding akibat retakan-retakan arah diagonal. Kerusakan geser pada dinding
tembok salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan kekuatan antara mortar
dan bata/batako dalam menahan gaya geser.
Guna memperkecil kerusakan yang terjadi akibat adanya perbedaan
kekuatan tersebut, maka dibuatlah batako berkait yang pada aplikasinya
mengandalkan kekuatan kaitan (interlocking) pada masing-masing sisinya
sehingga menjadi dinding yang homogen ketika disusun sebagai satu kesatuan
yang utuh.
Untuk dapat digunakan sebagai material alternatif penyusun dinding
tembok, pasangan batako berkait harus dapat memenuhi fungsi strukturalnya.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian di laboratorium yang meliputi uji
desak, uji lentur dan uji geser. Dari penelitian yang dilakukan, untuk batako
berkait dengan komposisi campuran semen dan pasir 1:8 diperoleh nilai kuat
tekan 25,219 kg/cm², kuat lentur sebesar 1,401 kg/cm² dan kuat geser sebesar
2,7 kg/cm². Berdasarkan kuat tekannya batako berkait dapat digolongkan sebagai
batako kelas C (PUBI 1982). Berdasarkan hasil tersebut batako berkait dapat
digunakan sebagai material alternative penyusun dinding non struktural bagian
dalam.
Collections
- Civil Engineering [4194]